JAKARTA – Sekjen PBB Antonio Guterres mengumpamakan situasi di Mariupol Ukraina seperti kiamat. Sekjen PBB menyebut 100 ribu orang masih terjebak di kompleks besar pabrik baja Azovstal.
Sekjen PBB Antonio Guterres mendesak dilakukannya evakuasi warga sipil dan pejuang yang bersembunyi di pabrik baja Azovstal, Mariupol, Ukraina.
Dalam kunjungannya ke Kiev pada Kamis (28/4), Guterres melakukan pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Ia mendorong dialog untuk pembentukan koridor kemanusiaan di Mariupol.
“Mariupol adalah krisis di dalam krisis. Ribuan warga sipil membutuhkan bantuan untuk menyelamatkan nyawa. Banyak yang lanjut usia, membutuhkan perawatan medis atau memiliki mobilitas terbatas,” kata Guterres setelah pertemuan, seperti dikutip Reuters.
“Mereka membutuhkan jalan keluar dari kiamat,” tambahnya.
Dewan Kota Mariupol mengatakan, sekitar 100 ribu penduduk di seluruh kota berada dalam bahaya maut karena serangan Rusia dan kondisi lingkungan yang tidak sehat.
Mereka juga kekurangan air minum dan makanan.
Guterres menyebut, dialog seputar koridor kemanusiaan di Mariupol masih dikoordinasikan oleh PBB dan Palang Merah Internasional (ICRC).
“Saat kami berbicara, ada diskusi intens untuk memajukan proposal ini agar menjadi kenyatan,” ucap Guterres.
Pertemuan dengan Zelensky dilakukan oleh Guterres setelah ia bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow pada Selasa (26/4).
Rusia sendiri telah mengepung dan mendeklarasikan kemenangan di Mariupol pada 21 April.
Namun diyakini masih ada ribuan warga sipil dan pejuang Ukraina yang bersembunyi di kompleks besar pabrik baja Azovstal. (pojoksatu-red)