BANDUNG – Arus mudik yang melanda moda transportasi kereta api pada tahun ini, ternyata masih belum sebesar yang terjadi pada dua tahun lalu, 2019.
Manager Humas Daop 2 Bandung, Kuswordoyo mengatakan, bahkan angka jumlah pemudik yang menggunakan kereta api tersebut belum mencapai 50 persen.
“Sebetulnya, okupansi kami belum banyak. Baru sekira 45 persen (pemudik menggunakan kereta api) jika dibandingkan tahun 2019. Belum senormal 2019,” kata Kuswordoyo kepada Jabar Ekspres saat diwawancara di kantor Daop 2 Bandung, Kota Bandung, Rabu (27/4).
Jumlah penumpang memang banyak, lanjutnya, tetapi tidak seperti dua tahun lalu.
“Karena kami tahu, dua tahun kita tdk melaksanakan mudik. Jadi mungkin ada sebagian warga masyarakat yang masih takut ketika hendak mudik,” sambungnya.
Dia mewajarkan, lantaran masih adanya ketakutan soal ancaman Covid-19 dengan varian-varian barunya. Hal ini juga, menurutnya, yang menyebabkan masyarakat belum sepenuhnya siap melaksanakan kegiatan mudik.
“Karena memang kalau melihat jumlah perjalanan kereta api saja, pada saat sebelum covid, tahun 2019, satu nama KA (keret api) Argo Parahyangan itu sampai 24 perjalanan,” ujarnya.
Sedangkan, tahun ini, kata Kuswordoyo, kereta api Argo Parahyangan yang berjalan hanya 14 saja. “Masih jauh memang. Tapi ini masih awal. Mudah-mudahan hari selanjutnya lebih baik lagi. Jadi, angka pemudik belum semasif 2019,” imbuhnya.
Kendati demikian, lonjakan penumpang kian hari kian naik. Hari ini, bebernya, pengguna jasa kereta api pun sudah tinggi. Untuk keberangkatan dari Stasiun Bandung, data sampai tadi jam 10 pagi, sudah 3.264 tiket terjual.
“Sementara dari Kiaracondong, sampai jam subuh tadi pagi, sudah 3.617 (tiket terjual, red),” jelasnya.
Adapun diketahui, dari kurun waktu tanggal 22 April sampai dengan 13 Mei nanti, total tiket yang sudah terjual mencapai 151.000 lebih, dari wilayah DAOP 2 Bandung. (zar)