Dia menyarankan kepada pengemudi untuk melakukan interval saat mengemudi. Misalnya, berkendara selama dua jam penuh, lalu istirahat selama 15-60 menit, kemudian baru melanjutkan perjalanan selama dua jam lagi, dan selanjutnya.
“Maksimal pengemudi menyetir adalah 8 jam. Setelah lewat 8 jam, pengendara akan merasakan letih dan jenuh. Ini yang bahaya kalau dipaksakan, dan respons anggota tubuh kita akan melambat,” ujarnya.
“Setelah 8 jam mengemudi, pengemudi harus istirahat. Lebih baik ada pengemudi pengganti. Kalau ada pengganti lebih baik ganti-gantian setiap dua jam itu tadi,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Aan mengatakan terdapat teknik berkendara risiko rendah (low-risk driving technique), yang merupakan metode mengemudi secara antisipatik.
“Pastikan pandangan jauh ke depan. mata tidak hanya bertumpu pada satu kendaraan di depan, tapi beberapa kendaraan di depan, sehingga kita bisa antisipasi lebih jauh,” kata Aan.
Kemudian cek spion 5-8 detik sekali serta jaga jarak aman dengan kendaraan di depan.
“Mengemudilah sesuai kondisi dan fokus berkendara. Lalu, sebelum rem, cek kondisi di belakang lewat spion,” pungkasnya. (fin)