Jabarekspres.com — Kita baru saja merayakan salah satu pahlawan yang mempunyai jasa besar bagi Indonesia, yakni Hari Kartini. Begitu juga dengan Susi Pudjiastuti.
Momen tersebut selalu menjadi waktu yang tepat bagi tokoh-tokoh nasional dalam menyebarkan semangat kaum perempuan Indonesia.
Sebagai salah satu tokoh perempuan yang dimiliki Indonesia sekarang, Susi Pudjiastuti pun turut menyuarakan dan menyebarkan semangat salah satu pahlawan emansipasi perempuan Indonesia, yakni Raden Adjeng Kartini.
“Untuk seluruh kawan-kawan Susi, wanita Indonesia, ibu-ibu, adik-adik wanita, dan semuanya, saya ucapkan selamat Hari Kartini,” kata Susi Pudjiastuti dalam unggahan swavideo lewat akun Twitter miliknya, Jumat (22/4/2022).
Dengan ungkapan tersebut, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan dari Kabinet Kerja 2014-2019 berharap agar seluruh elemen masyarakat Indonesia, khususnya perempuan Indonesia, dapat meneruskan semangat dan perjuangan RA Kartini.
“Semoga semangat Kartini tetap ada di hati kita: Mandiri, belajar sendiri, juga merasa bisa kita bisa melakukan semua yang ingin kita lakukan. Kita bisa menjadi wanita seperti apa yang kita mau,” ungkap lebih lanjut tokoh Indonesia yang pernah menjadi BBC’s 100 Women pada 2017 itu.
Raden Ayu Kartini nama lengkapnya, salah satu tokoh Pahlawan Indonesia yang mempunyai jasa yang sangat besar dalam perjuangan dan kebangkitan perempuan pribumi pada zaman penjajahan Belanda.
Atas jasanya dalam memperjuangkan emansipasi perempuan pribumi, pemerintah lewat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964 yang ditandatangani pada tanggal 2 Mei 1964, menetapkan setiap tanggal 21 April sebagai Hari Peringatan RA Kartini.
Salah satu medan perjuangan RA Kartini dalam kesetaraan perempuan dan laki-laki adalah upaya merebut hak pendidikan yang layak bagi perempuan pribumi, sebagaimana yang bisa dilakukan oleh laki-laki.
Tulisan adalah media yang RA Kartini tempuh dalam upaya memuliakan martabat perempuan pribumi. Pasalnya, RA Kartini sendiri harus hidup terkurung dalam lingkungan keluarga yang mengekang kebebasan.
Namun RA Kartini tidak patah arah ketika hidupnya terkungkung dalam adat keluarga yang membelenggu itu.
Pasalnya, RA Kartini tetap diberikan akses ke pendidikan sehingga ia pun mampu membaca literatur-literatur Eropa tentang pembebasan perempuan dari budaya yang menjerat.