Jabarekspres.com – Meski dari tahun ke tahun jumlah partisipasi perempuan di bidang politik mengalami peningkatan, namun hingga kini tetapi belum mencapai 30 persen. Untuk itu perlu percepatan peningkatan keterwakilan perempuan di legislatif dan eksekutif.
Hal itu diungkapkan, Ketua Kaukus Perempuan Politik (KPPI) Kota Cimahi Aida Cakrawati, saat menjadi narasumber dalam Diskusi Forum Wartawan Cimahi (Forwatch), di Lobby Gedung BITC, Jalan HMS Mintaredja, Kelurahan Baros Kota Cimahi, Rabu (20/4).
Dalam acara yang didukung bjb itu Aida menjelaskan, jika representasi perempuan di legislatif akan memberikan keseimbangan dalam mewarnai perumusan kebijakan dan peraturan perundang-undangan, penganggaran, dan pengawasan yang akan lebih berpihak pada kepentingan kesejahteraan perempuan dan anak.
”Sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 7 tahun 2017 tentang Pemilu, memerintahkan kepada partai politik untuk mencalonkan sekurang-kurangnya 30 persen perempuan calon legislatif,” ujarnya.
Dia mengatakan, dari hasil survei WHO, jika ada minimal 30 persen perempuan dalam lembaga politik, maka akan mempengaruhi kebijakan.
”Dinegara-negara maju ketika ada perempuan yang ikut menjadi bagian dari penentu kebijakan, ternyata masyarakatnya lebih sejahtera. Selain itu demokrasi juga harus ada perempuan, kalau tidak ada perempuan itu tidak demokratis,” bebernya.
Dia menyebutkan, pada periode 2014-2019, dari jumlah anggota DPRD Kota Cimahi mencapai 30 persen di DPRD Kota Cimahi ada 14 orang anggota DPRD perempuan.
”Saat ini Periode 2019 sampai 2024, dari 45 anggota DPRD Kota Cimahi, pada periode saat ini menurun menjadi 28 persen atau 13 orang,” sebutnya.
Meski di Kota Cimahi sudah pernah memenuhi kuota 30 persen keterwakilan perempuan di DPRD, namun untuk DPR RI masih jauh dari 30 persen.
”Perempuan harus bisa berpartisipasi dalam kebijakan sehingga bisa mempengaruhi kehidupan sehari-hari di masyarakat,” ujarnya.
Dia menilai, sejauh ini banyak pihak yang tidak paham dengan politik. Bahkan banyak diantara mereka yang menyebutkan jika politik itu jahat.
”Padahal tidak sepenuhnya seperti itu. Politik itu kalau diibaratkan sebuah pisau, tergantung siapa yang menggunakannya,” ujar politis Demokrat itu.
”Politik itu adalah seni bagaimana kita dapat mempengaruhi orang,” imbuhnya.
Untuk mencapai hal itu, pihaknya sudah melakukan sosialisasi dan kerjasama dengan berbagai pihak agar masyarakat terutama kaum perempuan mau terlibat dalam aktivitas politik.