Kepanikan Hong Kong Hadapi Gelombang 5 Covid-19, Jenazah Tak Tertampung, Pasien Tidur Dengan Mayat di IGD

HONG KONG – Pandemi Covid-19 ternyata belum berakhir, saat negara lain angka Covid-19 melandai, Hong Kong justru mengalami gelombang 5 Covid-19. Ratusan Jenazah tak lagi tertampung di kamar mayat, bahkan pasien harus rela tidur bersebelahan dengan mayat di IGD.

Tingginya angka kematian akibat Covid-19 sudah membuat kepanikan, dalam sehari bisa mencapai 300 orang dilaporkan meninggal karena Covid-19.

Banyak keluhan muncul juga dari petugas pemakaman karena harus bekerja siang dan malam memakamkan pasien Covid-19 yang meninggal.

Direktur pemakaman Lok Chung (37 tahun) yang sudah bekerja siang-malam memakamkan jenazah, mengaku  heran karena kiriman mayat untuknya tak juga berakhir.

“Belum pernah saya melihat begitu banyak jenazah dikumpulkan,” ujarnya, ketika tenaganya dan timnya tak kuasa mengurusi semua mayat untuk dimakamkan segera, sehingga jenazah dikumpulkan untuk mengantre dimakamkan.  

“Belum pernah saya melihat anggota keluarga begitu marah, begitu kecewa, sangat tak berdaya,” kata Chung, kepada Reuters.

Sejak gelombang kelima menerjang Hong Kong, bekas koloni Inggris itu telah mencatat lebih dari satu juta infeksi dan 8.000 lebih kematian.

Kelangkaan Peti mati dari kayu mulai terjadi dan otoritas sibuk menambah kapasitas kamar mayat karena sudah tidak dapat menampung lagi.

Pemandangan sekumpulan jenazah yang berjajar dengan pasien di ruang gawat darurat mengejutkan banyak orang saat kamar-kamar mayat penuh.

Waktu tunggu yang lama untuk mendapatkan dokumen kematian telah menghambat pekerjaan, kata Chung, yang bergegas dari kamar mayat pekan lalu untuk mengurus pemakaman jenazah.

“Kerabat seorang perempuan yang meninggal pada 1 Maret masih menunggu dokumen agar jenazahnya bisa dibawa,” katanya, dilansir Antara, Rabu, 6 April 2022.

Yang juga langka ditemukan di Hong Kong adalah replika kertas berbagai benda, seperti mobil dan rumah, yang dibakar sebagai persembahan dalam prosesi pemakaman China dan dipercaya dapat dipakai oleh mendiang di alam baka.

Sebagian besar kelangkaan disebabkan oleh terhambatnya angkutan dari kota tetangga Shenzhen di China selatan, yang memasok banyak barang tapi kini disibukkan pula oleh wabah Covid-19.

Perbatasannya dengan Hong Kong telah ditutup akibat penyakit itu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan