CIWIDEY – Wakil Presiden Ma’ruf Amin, kini telah melakukan peninjauan terkait penggunaan teknologi digitalisasi pertanian di salah satu Pondok Pesantren yang ada di Jawa Barat, yakni Al-Ittifaq.
Tak hanya melakukan peninjauan, Ma’ruf Amin juga mengapresiasi terkait penggunaan teknologi digitalisasi di Pondok Pesantren Al-Ittifaq.
Menurutnya, pengguna teknologi tersebut tak kalah hebatnya dengan beberapa negara maju seperti Jepang dan Belanda.
Wapres juga, berencana Pondok Pesantren Al-Ittifaq akan dijadikan sebagai pusat pelatihan Digitalisasi Pertanian.
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menyebut saat ini sudah ada sekitar 17 persen dari 3.000 lebih Pondok Pesantren di Jabar yang telah menggunakan teknologi digitalisasi pertanian sebagai bisnis mandiri.
“Jadi selama 3 tahun arahan pak Wapres (Ma’ruf Amin) sudah kami laksanakan. Sehingga, pesantren-pesantren (di Jabar) yang punya bisnis itu sudah lebih dari 3 ribu dan 17 persen sudah menggunakan sistem digital,” ujar Ridwan Kamil di Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Jl. Ciburial, Kabupaten Bandung, Selasa (22/3).
Emil sapaan akrab Gubernur Jabar ini menjelaskan, penggunaan sistem Teknologi Digitalisasi Pertanian di pondok pesantren, nantinya akan dibantu menggunakan smartphone, seperti memberi makan ikan dan menyiram tanaman melalui sambungan internet.
“Karena itu proses edukasi, ngasih makan ikan maupun ayam pakai HP. Termasuk di Pesantren Al-Ittifaq juga seperti itu. Jadi semua sudah pakai Internet of things,” katanya.
“Jadi itulah masa depan pangan Jabar sesuai arahan Pak Wapres yang akan dikembangkan,” tambahnya.
Emil mengatakan masyarakat jangan terlalu menganggap remeh terhadap ekonomi di pesantren.
“Jadi jangan anggap remeh ekonomi pesantren. Ini adalah sudah kelas dunia, maka kerja samanya dengan Jepang maupun Belanda, teknologinya setara dengan meraka di dunia dan diselenggarakan bukan oleh koperasi besar tapi pesantren,” ucapnya.
Dia menambahkan, untuk pesantren yang kecil nantinya akan dimentori dan difasilitasi penjualannya oleh Pesantren Al-ittifaq. Karena menurutnya kadang-kadang dari Pesantren di Jabar langsung ke pasar itu banyak dinamika yang akhirnya merugikan.
“Mendingan bersatu di pintu ini biar nanti negosiasi di Pasar, secara statistik itu. Dan Insyaallah seluruh pesantren diharapkan punya model bisnis mendekati yang ada di sini,” pungkasnya. (mg4/ran)