Jabarekspres.com — Di Hari Puisi Sedunia ini, kami memilih Saini KM untuk merayakannya. Alasannya tentu sangat personal jika pertanyaannya adalah, kenapa tidak Chairil Anwar, atau Rendra, atau Sapardi, atau Ajip Rosidi, misalnya.
Kami memilih Saini KM dalam peringatan Hari Puisi Sedunia ini sebab ia merupakan sosok penyair yang jarang dibicarakan, kalau bukan tidak pernah, oleh para penikmat kesusastraan Indonesia. Adapun di kalangan kaum milenial sendiri, barangkali nama Saini KM terdengar asing di telinga.
Saini KM kalah populer dari Sapardi atau Joko Pinurbo, misalnya, di kalangan anak-anak muda sekarang. Oleh karena itu, Hari Puisi Sedunia adalah waktu yang tepat untuk membicarakan Saini KM.
Yang paling penting adalah, kami hendak mengenalkan Saini KM kepada para kawula muda, khususnya kepada anak-anak muda di Jawa Barat yang mencintai kesusastraan dan ikut dalam perayaan Hari Puisi Sedunia sekarang. Kami beranggapan bahwa tidak banyak anak-anak muda di Jawa Barat yang mengenal seniman asal Jawa Barat ini, Saini KM.
Padahal, beliau ini mempunyai peran dan pengaruh penting dalam jagat kesusastraan di Tanah Air. Atas pertimbangan itulah kami memilih Saini KM dalam perayaan Hari Puisi Sedunia sekarang.
Saini KM: Selayang Pandang
Ketika mendengar kata “puisi” atau “sastra”, yang ada dalam benak penikmat sastra Indonesia biasanya, kalau bukan sering, adalah Chairil Anwar, atau Rendra, atau Sapardi Djoko Damono. Pun di para penikmat sastra di wilayah Jawa Barat, nama yang muncul ketika membicarakan puisi adalah Ajip Rosidi atau Acep Zamzam Noor. Itu pun paling banter. Hari Puisi Sedunia yang dirayakan di Indonesia biasanya berkutat pada tokoh-tokoh tersebut.
Padahal, Jawa Barat mempunyai tokoh sastrawan lain yang turut andil mewarnai kesusastraan Indonesia, yakni Saini KM.
Mengutip Ensiklopedia Sastra Indonesia Kemendikbud, beliau bernama lengkap Saini Karnamisastra, lahir pada 16 Juni 1938 di Kampung Gending, Desa Kota Kulon, Sumedang, Jawa Barat.
Dalam arena sastra, Saini KM pada tahun 1960 menjadi penjaga kolom “Pertemuan Kecil” di surat kabar Pikiran Rakyat (PR), Bandung. Beliau di sana melahirkan karya berjudul Puisi dan Beberapa Masalahnya (Penerbit ITB, 1993), yang memuat kritik atas karya-karya puisi para penyair muda.