Hari Puisi Sedunia: Sepercik Puisi Itu Sendiri

Dalam penantiannya, ia hendak menunaikan tugasnya. Tugasnya emang apa? Yang pasti, tugasnya bukan jadi bungkus gorengan atau bungkus ayam goreng, atau bahan dudurukan di pos-pos ronda.

Lalu, apa?

Tugas sajak adalah menyediakan ruang plesiran bagi pembaca. Tempat piknik itu berupa tempat semedi yang memungkinkan pembacanya untuk melakukan meditasi dan merengkuh perenungan-perenungan.

Di situlah arti pentingnya literasi; ia adalah wahana yang asyik untuk berefleksi dan mengkritisi segala pengetahuan yang telah kita miliki. Itu artinya, mesti ada dialog antara karya dan pembaca.

Dengan demikian, karya seni yang kuat dan mandiri itu bukan buah pisang: kita kupas kulitnya karena ada daging di dalamnya. Ia harus menjadi seperti api unggun yang menghangatkan dan menjadi embun yang membasahi pikiran.

Pembaca pun datang dengan kegelisahannya sambil membawa pertanyaan-pertanyaan. Ditemukannya sebuah buku di pojokan perpustakaan. Barangkali buku itu berhasil menebarkan sebuah pesona tertentu sehingga si pembaca pun tertarik perhatiannya.

Lalu didekapnya buku itu dan dimulailah cengkerama di antara pembaca dan karya pada halaman pertama. Kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf, menghantarkan hubungan antara karya dan pembaca menjadi semakin erat.

Di seperempat halaman mereka saling bercanda-kelakar, bertukar haru-biru, dan berbagi pikiran. Dan dapat dipastikan bahwa si pembaca telah jatuh cinta kepada karya saat bergerak pada halaman pertengahan.

Setelah buku ditutup karena halaman akhir selesai, karya dan pembaca pun menikah. Si pembaca yang sebelumnya gelisah itu telah mencapai katarsis, dia telah hadir dengan semangat baru. Bagaimana tidak, karya dan pembaca telah beranak-pinak, melahirkan makna-makna baru nan utuh.

Karya dan pembaca pun bergegas menghampiri si penulis yang asyik sendiri di gubug kecilnya yang sepi. Setelah bertemu, mereka saling menuangkan secangkir kopi satu sama lain sebagai ungkapan rasa terima kasih.

Begitulah kebahagiaan pada jalan perpuisian yang lurus, dan bukan jalan mereka yang tersesat.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan