Curah Kehabisan, Kemasan Kemahalan

“Karena kalau harga Rp48-50 ribuan aja, daya beli masyarakat tak ada. Apalagi sekarang ekonomi lagi kayak gini. Sulit,” imbuhnya.

Senada dengannya, seorang pedagang minyak di Pasar Kosambi, Asep Sutisna, 55, mengatakan bahwa dirinya sudah tak menjual minyak curah selama dua hari.

“Minyak curah sekarang menipis, pasokannya gak ada. Kosong. Malahan saya sudah dua hari enggak jual lagi minyak curah, dan biasanya tiap hari ngejual,” ucapnya ketika ditemui wartawan di lapak dagangannya, Minggu (20/3).

“Biasanya (dijual) sampai Rp17-18 ribu sekilo. Nah, kalau misalnya sekarang sudah langka kayak gini, bisa sampe Rp20 ribuan sekilonya kami jual,” tambahnya.

Pedagang kecil

Asep tak terlalu merisaukan dagangannya. Dia justru khawatir dengan nasib kurang mujur yang dialami pedagang kecil. Apalagi mereka yang bergantung kepada minyak curah.

“Kasihan. Seperti penjual gorengan, pasti itu mengeluh karena beli minyak kemasan mahal, beli yang curah juga enggak ada,” imbuhnya.

Seumpama menyerah pada keadaan. Para pedagang kecil saat ini hanya bisa menunggu kepastian.

‘Mau bagaimana, lagi?’ menjadi salah satu jawaban favorit mereka tatkala ditanya soal kelangkaan minyak curah dan kemahalan harga minyak kemasan.

“Kami pedagang kecil, mah, begini saja. Kalau barang di grosir ada, baru kami jual,” kata Dedi sambil sekali waktu, layar ponsel itu ditatapnya penuh harap.

Pedagang besar

Pedagang ‘besar’ mungkin sekarang tengah cengengesan. Dengan tangan panjang yang sibuk membetulkan bidak permainan. Dengan kaki panjang yang terongkang-ongkang.

“Kami menyampaikan permohonan maaf, Kementerian Perdagangan tidak bisa mengontrol.”

Dia tersipu. Pipinya merona lebih menyala. Kelewat merah. Kelewat bangga. Lantas dipercepat olehnya rekaman siaran tersebut menuju bagian favoritnya:

“Kementerian Perdagangan tidak bisa melawan penyimpangan penyimpangan tersebut. Jadi, pelajaran yang kami dapat ketika harga berbeda dengan harga pasar begitu tinggi, dengan permohonan maaf Kemendag tidak bisa mengontrol karena ini sifat manusia yang rakus dan jahat.”

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan