BANDUNG – Keberadaan minyak goreng dimasyarakat telah mudah didapatkan, setelah Pemerintah mencabut subsidi guna mengatasi kelangkaan minyak pada beberapa waktu lalu.
Akan tetapi, dengan semakin melimpahnya keberadaan minyak goreng di pasaran, harga pun turut mengalami perubahan. Diketahui harga untuk per dua liternya kini berada di kisaran Rp. 45.500 – Rp. 50.000
Adanya kenaikan harga tersebut, membuat masyarakat terutama para pedagang yang bahan pokok jualannya menggunakan minyak goreng jadi merasa resah.
Menurut, salahsatu pedagang gorengan tempe, Asep (57) mengatakan bahwa dengan adanya kenaikan harga minyak goreng ini, terpaksa harus menaikan harga dagangannya dan mengurangi jumlah pemakaian minyak goreng.
“Ini pake minyak Curah, tadi beli 19 ribu per satu liter, dan itu naik harganya. kalo biasanya mah 14 ribu (perliter nya). Dan biasa Sampe 45 liter per hari (pemakaian minyak goreng), tapi sekarang kebetulan lagi mahal paling pake sampe 30 liter,” ucapnya saat ditemui di lapak dagangannya yang berlokasi di daerah Leuwi panjang, Kota Bandung, Kamis (17/3).
Dengan kenaikan harga tersebut pasca Pemerintah menarik subsidi, Asep berharap harga tersebut bisa turun kembali.
“Mudah-mudahan harga minyak turun, pembeli banyak lagi, sekarang kan konsumen ga ada, meskipun sekarang udah gampang tapi harga tinggi, jadi malah repot,” imbuhnya
Hal serupa juga diungkapkan Ijang (31) penjual Batagor. Yang mengeluhkan adanya kenaikan harga tersebut, dia merasa keberatan, meskipun saat ini keberadaan minyak sudah sangat mudah di temui diminimarket atau pasar modern.
“Iya keberatan dengan harga sekarang. Masalahnya untung dari jualan juga sedikit dan berkurang (akibat harga minyak mahal),” ucapnya
Sehingga, ia berharap dengan adanya kenaikan harga tersebut Pemerintah dapat memberikan solusi dan menurunkan harga kembali.
Diberitakan sebelumnya, adanya kenaikan harga minyak goreng khususnya Kota Bandung, PLT Walikota, Yana Mulyana mengukapkan bahwa Pemkot tidak bisa berbuat banyak.
Sebab, kata dia, kebijakan tersebut merupakan kebijakan pemerintah pusat.
“Ini kan kebijakan Pemerintah Pusat, dan akhirnya harga kembali ke pasar, kami jadi tidak punya instrumen untuk menekan atau mengintervensikan harga. Karena sudah mekanisme pasar ya susah, karena kita sudah tidak bisa intervensi,” ujarnya saat ditemui di sungai Cipamokolan, Rancasari, Kota Bandung, Kamis (17/3).(Mg4).