Pameran Bertajuk Askara Amerta Serukan Toleransi dan Cinta Damai lewat Bingkai Foto

BANDUNG – Yayasan Makam Belanda Oorlogsgravenstichting dengan komunitas Mata Holang dan para kurator dari Project Sesama bekerja sama untuk menggelar pameran foto bertajuk ‘Askara Amerta’. Beragam foto dalam pameran ini bercerita mengenai suramnya masa perang dunia II dan menjadi pengingat akan pentingnya menjaga perdamaian.

“Pemakaman ini didedikasikan untuk korban perang dunia kedua, ini adalah salah satu bentuk penyampaian informasi jika terjadi perang inilah yang akan terjadi. Hampir ada 4.000 makam yang berada di Ereveld Pandu ini; baik pria perempuan, anak-anak, militer, sipil, yang 75%-80% adalah sipil,” ujar Opzichter atau pengawas makam Ereveld Pandu, Dicky Purwadi, saat ditemui Jabar Ekspres pada Jumat (11/03) kemarin.

Lima belas foto apik yang terpilih oleh kurator Agus Bebeng dan Juli Pamungkas ini menggambarkan dokumentasi raut-raut kesedihan dari wajah keluarga maupun kerabat korban. Pameran ini menjadi sebuah bentuk pengingat juga refleksi bagi siapapun yang berkunjung  bahwa perang hanya akan menimbulkan dampak buruk berkepanjangan dan luka yang mendalam bagi banyak orang.

“Disini kita sama sama belajar sejarah, bagaimana pada saat itu situasi perang dunia kedua memakan banyak korban yang tidak diinginkan. Kita mengingatkan agar jangan terjadi perang lagi,” ujar Dicky.

Pemakaman Ereveld Pandu sendiri sangat menjunjung tinggi toleransi dan penghormatan untuk para korban perang dunia kedua tanpa memandang perbedaan. Pada salah satu komplek di Ereveld Pandu terdapat berbagai simbol, yaitu simbol zodiak dan perwakilan agama terbesar di dunia.

“Filosofinya kapanpun kau lahir, apapun agamamu, kami menghormatimu sebagai korban perang dunia kedua. Kami disini tidak memandang gender, tidak memandang pangkat, status sosial, agama, suku atau ras. Bisa dilihat tidak ada makam yg menonjol sendiri, kami terapkan keseragaman,” sambungnya.

Berbagai monumen dan ribuan nisan yang berjajar di makam Ereveld Pandu terlihat rapih dan indah sama sekali mematahkan kesan pemakaman yang biasa terdengar mistis dan menyeramkan. Hal ini merupakan salah satu bentuk ketulusan Dicky dan para staff Ereveld Pandu untuk menghormati para korban.

“Setiap hari senin kami lakukan potong rumput, sebulan dua kali kita cuci tanda makam. Bagi kami semua makam disini spesial, kita rawat dengan segenap hati,” ucap Dicky.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan