JAKARTA – Ketua Perkumpulan Dokter Indonesia Bersatu, dr Eva Sri Diana Chaniago merasa adanya ketidakadilan atas penembakan dr Sunardi.
Menurutnya, penembakan dr Sunardi jelas memiliki ketidakadilan karena sang dokter sudah tua dan tidak banyak bisa melakukan aktivitas kecuali dalam kondisi mendesak.
“Tidak bersenjata, Tidak muda, Tidak sehat pula. Dihadang di jalan, Tentu melawan Krn tak kenal, Mengira dibegal,” cuit dr Eva sebagaimana dikutip dari akun twitternya (@__Sridiana_3va) pada Jumat, (11/3).
Menurutnya dr Sunardi sudah pasti akan melawan saat ditemui oleh kelompok orang yang tak ia kenal.
Padahal, dr Eva menyebut bahwa seharusnya Tim Densus 88 bisa bersikap lebih tenang saat hendak bertemu dengan dr Sunardi.
Kini dr Sunardi sudah meninggal dunia setelah ditembak oleh personel Densus 88 Antiteror Polri karena merupakan terduga teroris.
“Siapapun tentu akan berlaku demikian, Coba tuan jemput baik2 kerumah,” tulis dr Eva lagi.
“Tapi Tuan merasa berhak atas milik Tuhan, Silahkan hadapi Pengadilan Tuhan, Tragis #PrayForDokterSunardi,” tutupnya.
Sebagaimana diketahui, Dokter Sunardi ditembak oleh detasemen khusus 88 anti teror (Densus 88).
Tragedi penembakan itu terjadi di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, pada Rabu, (9/3).
Dokter Sunardi, yang juga dikenal sebagai aktivis kemanusiaan itu tewas terkena timah panas polisi.
Sesama rekan seprofesi, dr Eva tak Terima tindakan aparat densus yang dengan muda menembak seseorang yang hanya baru disebut sebagai terduga teroris.
“Jika siapa yang bersalah dengan mudah diputuskan dan diselesaikan dengan kematian dijalan. Untuk apa ada hukum dan perangkatnya,” kata dr Eva.
(Fin-red)