JAKARTA – Seseorang yang mengalami darah tinggi seringkali mengalami sakit kepala.
Untuk kasus yang satu ini, para ahli sendiri terbagi menjadi dua kubu. Beberapa studi mengklaim adanya kaitan antara keduanya, studi lainnya justu memiliki pendapat yang beda terkait darah tinggi.
Namun yang perlu dicatat adalah, sakit kepala dapat dikaitkan dengan penderita hipertensi, ketika hal itu ada hubungannya dengan krisis hipertensi.
Krisis hipertensi adalah ketika penderita harus sesegera mungkin mendapatkan pertolongan medis, dengan cara ke UGD.
Mereka dengan tensi di atas 180 mm Hg (sistolik) dan 120 mm Hg (diastolik), adalah mereka yang masuk dalam kategori krisis hipertensi.
Oleh sebab itu, sangat penting bagi penderita darah tinggi, rutin dalam memeriksa tekanan darahnya, dengan sedia alat tensi meter di rumah, atau membawanya saat bepergian.
Namun yang menjadi pertanyaan lainnya, bagaimana cara mengetahui lonjakan tensi yang tinggi ini, ketika penderita darah tinggi jauh dari alat tensi?
Menurut ahli mereka yang mengalami krisi hipertensi, umumnya juga menunjukan gejala lain, selain rasa sakit di kepala.
Berikut ini beberapa ciri yang disebabkan krisis hipertensi selain sakit kepala, seperti dilansir Mayo Clinic:
- Nyeri dada
- Sakit kepala berat diikuti pandangan yang buram
- Kebingungan
- Mual/muntah-muntah
- Cemas berat
- Napas pendek
- Terkadang tidak responsif
- Jantung Berdebar, di atas 100 bpm
Mereka yang mengalami krisis hipertensi, sangat dianjurkan mendapatkan pertolongan medis secepat mungkin.
Dengan pemberian obat oral dan infus, potensi terkena serangan stroke atau jantung dapat diminimalisir.
Ketika seseorang krisis hipertensi, maka terciptalah tekanan di bagian tengkorak, sebagai akibat dari lonjakan tensi yang tinggi.
Rasa sakitnya menurut ahli, tidak seperti rasa sakit kepaa biasanya. Meminum obat pereda sakit kepala tidak akan membantu. (fin)