Pertama, menurut Damar, biasanya para pelaku kejahatan siber ini menawarkan sesuatu yang bombastis. Hal inilah yang biasanya mengikuti tren atau sesuatu yang sedang jadi perbincangan di masyarakat.
Kedua, para pelaku kejahatan dunia maya ini dalam melancarkan aksinya biasanya menggunakan sesuatu yang terlihat kredibel. Misal, memanfaatkan tren kelangkaan minyak goreng, kartu prakerja, pulsa gratis untuk Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), dan topik lain yang lagi jadi omongan publik.
Terakhir, yang paling terlihat adalah adanya desakan. Biasanya, kata Damar, jika ada link atau tautan ke laman tertentu, penjahat siber akan membujuk calon korban dengan bahasa-bahasa yang mendesak.
“Kalau kita sudah kena, ya macam-macam bahayanya. Bisa data kita diambil atau dicuri, ponsel kita diambil alih dan ancaman serius lainnya. Hal ini bisa mereka (penjahat siber) dapat karena kita mengisi atau mengklik link tadi. Makanya kalau mencurigakan, jangan diklik,” pungkasnya. (jawapos/ran)