JAKARTA – Perdebatan soal usulan Ketua Umum PKB Gus Muhaimin yang ingin menunda gelaran Pemilu 2024 masih belum juga mereda.
Berbagai elemen mulai dari petinggi partai politik, kalangan akademisi, ahli tata negara, hingga masyarakat umum silih berganti bersuara.
Saking ramainya perbincangan soal ide penundaan Pemilu 2024 yang disuarakan Gus Muhaimin, turut memancing lembaga survei untuk beraksi.
Hasilnya, mayoritas publik menolak usulan dari Gus Muhaimin itu. Meskipun dalam survei itu diketahui, publik puas dengan kinerja Presiden Jokowi.
Di tengah polemik ini, Pendiri Cyrus Network Hasan Nasbi justru mengungkap bila dalam sejarah Indonesia penundaan Pemilu pernah terjadi.
Dalam sejarah Indonesia juga, kata dia, pernah digelar pemilu sebelum siklus lima tahunan. Di mana Pemilu pertama baru digelar 10 tahun setelah kemerdekaan.
Melihat fenomena dalam sejarah perpolitikan Indonesia, Pendiri Cyrus Network itu, menilai hal itu wajar bagi negara yang baru lahir di era tersebut.
“Indonesia belum stabil baik secara politik maupun keamanan negara. Jadi kita enggak langsung pemilu,” katanya dilansir dari JPNN.com
Hasan Nasbi menerangkan, Pemilu 1955 berhasil dilaksanakan, tetapi pada tahun 1959 kemudian Pemilu dibubarkan oleh presiden.
Hingga tahun 1970, lanjut dia, Indonesia tidak menggelar pemilu. Namun, kata Hasan, lagi-lagi ada kedaruratan yang melatarbelakanginya.
“Tertunda terus, tertunda terus, karena pada saat itu ada pemberontakan di mana-mana, laskar partai bentrok, kita tak mungkin menggelar pemilu,” tuturnya.
Indonesia, dijelaskan Hasan, baru kembali menggelar pemilu pada 1971. Periode selanjutnya, pemilu digelar 1977, tertunda lagi satu tahun dari semestinya.
“Karena fusi partai belum beres, maka pemilu ditunda tahun 1977,” ucap Pendiri Cyrus Network itu menambahkan.
Selain menunda pemilu, kata Hasan, Indonesia juga pernah mempercepat pemilu. Tepatnya hal itu terjadi pada tahun 1999 silam.
Menurutnya, pemilu harusnya digelar tahun 2002 tapi dipercepat tahun 1999. Karena ada komitmen politik bersama antara Presiden BJ Habibie dengan para kekuatan politik saat itu.
“Jadi sebenarnya bukan hal baru penundaan pemilu, percepatan pemilu, bukan hal baru. Sudah pernah kejadian berkali-kali. Tapi semua itu selalu ada alasannya,” tutur Hasan.