BANDUNG – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung sedang mencari solusi terkait kenaikan harga daging potong di pasaran sejak sepekan ke belakang.
Pasalnya, menurut Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Bandung, Yana Mulyana, sekitar 96 persen pedagang bahan pangan di Kota Bandung menjual prodak impor dari beberapa negara di dunia.
“Yang pasti kita selalu minta ke Kementrian Perdagangan (untuk mengantisipasi kenaikan harga daging), termasuk minyak, kan kita juga dibantu, karena semua regulasinya di Pemerintah Pusat,” ujar Yana saat ditemui di Balai Kota Bandung, Jum’at (25/2)
Diketahui sejak sepekan kemarin, bahan pangan seperti daging potong di Kota Bandung sudah mengalami kenaikan harga jual. Yang semula hanya Rp115.000 per kilogramnya, kini telah menjadi Rp130.000 per kilogram.
Dengan adanya kenaikan harga tersebut, menurut Kepala Dinas Perdagangan (Disdagin) Kota Bandung, Elly Wasliah mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah mengumpulkan data kenaikan harga pangan tersebut.
Akan tetapi, Elly mengungkapkan, untuk harga daging potong di Kota Bandung sendiri dinilai masih relatif aman.
“Untuk daging sapi lagi ngumpulin data, dan tidak seberat Jakarta. Harga juga masih relatif (aman) ini, tidak terlalu kaya di Jakarta,” ujarnya ketika dikonfirmasi.
Elly menyebutkan, kenaikan hargadaging potong di Indonesia khususnya Kota Bandung, diakibatkan adanya kenaikan harga importir di Negara penghasil daging impor seperti Australia.
“Pertama kalau dengar sepintas, kemarin sudah konfirmasi ke satu improtir, bahwa harga ternak dan daging ada peningkatan dari Australia. Makanya, datanya akurat dulu baru disampaikan, dan kalau dulu Kota Bandung 98 persen impor (daging), pangan lokalnya sedikit banget,” katanya
“Dan Jabar (Jawa Barat), bukan produsen sapi potong dan Bandung sangat tergantung kepada impor, beda dengan jawa timur yang merupakan sentra (daging), dan Kota Bandung terdampak sekali sama seperti Jakarta. Kalau ada riak-riak Australia dan New Zeland pasti kena,” pungkas Elly. (Mg4/wan)