“Selain Covid-19, kesehatan masyarakat Indonesia masih terbebani dengan penyakit menular seperti TBC yang sudah ada sejak lama. Upaya mempromosikan penyakit ini pun harus mengadopsi cara-cara baru untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa TBC masih ada di sekitar kita. TBC bukan batuk biasa, jika mengalami gejala batuk lebih dari 14 hari sudah waktunya mencari solusi dengan periksa ke dokter”, jelas dr. Henry Diatmo, MKM selaku Direktur Eksekutif STPI.
Sementara itu, Koordinator Substansi Tuberkulosis, dr. Tiffany Tiara Pakasi menyebutkan salah satu pasal dalam Peraturan Presiden No 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan TBC menggarisbawahi perlunya melakukan penyebarluasan informasi terkait penyakit tersebut kepada masyarakat.
“Upaya kampanye #141CekTBC yang digalang oleh STPI ini merupakan ajang untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait perilaku pencarian pelayanan kesehatan. Kami harap dengan adanya kampanye ini dapat membangun kemauan individu yang bergejala TBC untuk memeriksakan diri sedini mungkin sehingga memutus rantai penularan TBC di masyarakat”, ujarnya.
Membangun kesadaran adalah hal fundamental yang harus dilakukan untuk mengubah pandangan dan perilaku masyarakat Indonesia terhadap penyakit Tuberkulosis. Terlebih sejak munculnya Covid-19 karena kedua penyakit ini menular melalui udara dan menunjukan gejala serupa yaitu batuk dan demam. Oleh karena itu, kampanye promosi kesehatan tentang penyakit TBC menjadi semakin penting di masa pandemi ini.
Diketahui, Pada 2021 di mana Pandemi Covid-19 memasuki tahun kedua di Indonesia, WHO menjelaskan Indonesia adalah negara peringkat ketiga di dunia yang menyumbang 824.000 pasien TBC.
Namun, jumlah orang dengan gejala penyakit tersebut yang telah diobati merosot di masa pandemi. Pada 2020 ditemukan sebanyak 384.025 kasus atau sekitar 47 persen. Capaian penemuan kasus ini menurun 178.024 dari tahun 2019, padahal sekitar 8 persen kejadian TBC dunia berada di Indonesia.*
