SOREANG – Harga kedelai kembali mengalami kenaikan. Saat ini kenaikan mencapai 30 persen terakumulasi sejak November 2021. Hal tersebut dikatakan Ketua Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Kopti) Kabupaten Bandung, Ghufron Cokro Valentino, saat di wawancara, Rabu (16/2).
“Harga kedelai sebelumnya sekitar Rp9 ribu, tapi kini sudah lebih dari Rp11 ribu, kenaikannya mencapai 30 persen,” ujar Ghufron.
Oleh karena itu, kata Ghufron, para pengrajin tahu dan tempe berencana akan mogok produksi pada 21 Februari hingga 23 Februari 2022. Mogok kerja akan dilaksanakan di wilayah Jawa Barat dan Jabodetabek.
“Sebenarnya kalau mogoknya itu bukan karena kita frontal atau gerakan sporadis, perlu digaris bawahi bahwa mogok ini adalah untuk memberi tahukan kepada masyarakat karena posisi kita saat ini terjepit dan dalam keadaan gelisah, karena harga kedelai sudah tidak terkendali,” kata Ghufron.
Dia menambahkan tujuan selanjutnya dari aksi mogok produksi tersebut adalah untuk memberitahukan kepada pemerintah tentang pentingnya menangani dan mengintervensi harga kedelai supaya terjadi harga yang stabil.
Menurutnya, pemerintah harus lebih serius mengawal tata niaga, bukan menyerahkannya ke mekanisme pasar.
“Tuntutan kami sejak tahun 2008 yaitu stabilkan harga kedelai melalui pemerintah bukan dikasihkan ke mekanisme pasar. Selama kedelai ini masih diserahkan ke mekanisme pasar, maka tidak akan pernah berhenti kondisi seperti ini. Jadi seperti siklus yang sering terjadi dan sering berkepanjangan,” katanya.
Dia menuturkan, yang terpenting adalah harga kedelai dikunci. Jadi, mau berapapun harganya tapi jika stabil maka tidak akan jadi masalah bagi produsen tahu dan tempe.
“Misalnya kita usaha hari ini, ketika kita jual itu hasilnya untuk membeli kedelai kadang-kadang minus, kadang-kadang hanya bisa cukup kembali modal saja, jadi tidak dikunci harganya,” tuturnya.
Berdasarkan informasi dari Dirjen Kemendag, kata Ghufron, ketersediaan bahan baku kedelai ini terbatas selama dua bulan dan harganya akan naik.
Alasannya karena harga minyak dunia, panen di Amerika kurang begitu surplus, selain itu juga ada trouble pada pengemasan di Amerika. Jadi, ada masalah teknis yang merugikan importir sehingga lambat datang ke Indonesia.