“Stevia tidak mudah dalam proses pengolahan dari daun menjadi gula. Karena ada tahap pabrikasi yang tidak bisa dilakukan oleh industri rumah tangga, sekarang daun menjadi gula putih,” terangnya.
Tanaman Stevia, merupakan Varietas seperti tanaman perdu memiliki bentuk seperti pohon kemangi. Stevia bisa dipanen berkali-kali dengan pemetikan pada daunnya seperti tanaman teh.
Pengembangan tanaman Stevia di kabupaten Bandung awalnya didapat dari investor asal Vietnam. Padahal, tanaman ini aslinya berasal dari Amerika latin.
Tisna menyebutkan, bagi masyarakat yang berminat mengembangkan harga satu pohon Stevia sangat murah hanya Rp 3000 rupiah. Namun, untuk Stevia yang sudah berbentuk gula harganya sangat mahal. Bahkan, per shacetnya mencapai Rp 5000 rupiah.
Dia mengakui, potensi besar tanaman Stevia akan terus dikembangkan. Terlebih, tanaman ini dapat beradaptasi di di lahan tegakan dan nantinya akan dijadikan komoditas pertanian dan Perkebunan andalan Pemkab Bandung setelah Kopi.
Kedepannya, pihaknya akan lebih giat lagi memperkenalkan tanaman bernilai ekonomi ini kemasyarakat. Apalagi, komoditas ini bisa panen cepat.
“ Pohon Stevia ini ditargetkan bisa di panen segar, dan penampungnya pun sudah ada,” kata Tisna.
Sementara itu, petani Stevia Kampung Leuwi Liang Desa Cibodas Kecamatan Pasir Jambu Dini Mardiani mengatakan, pihaknya melakukan penanaman Stevia sejak 2010 lalu di lahan dua hektar lebih.
Dia bersama kelompok usaha Nusantara Kiat Lestari (Nukita) sudah membuat produk teh Stevia sejak 2013.
Menurutnya, Teh Stevia dibuatnya cukup mudah, yaitu dengan cara daun Stevia dikeringkan kemudian di kemas seperti te h celup.
’’ Jadi peminum the tidak usah menambahkan gula karena rasanya sudah manis,” kata dia. (red)
Baca Juga : Siapkan Lahan Satu Hektar untuk Stevia