Baru 10 Pekan Varian Omicron Muncul, Sudah Pecah Rekor

JAKARTA – Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menegaskan jika satu varian Omicron sudah masuk dalam kategori Varian of Concern (VOC), maka akan menyebabkan gelombang infeksi di banyak negara. Padahal varian tersebut baru 10 pekan ditetapkan oleh WHO sebagai VOC, tetapi kekuatannya sudah begitu menyebar ke 140 negara di dunia.

“Ingat varian Omicron ini kurang lebih 10 pekan lalu baru dijadikan VOC, tapi dampaknya luar biasa, sudah 140 negara dan selalu pecah rekor. Menyebabkan gelombang infeksi di berbagai negara,” kata Dicky, Rabu (2/2).

Selain jangan main-main dengan varian Omicron, potensinya menjadi serupa atau mendekati gelombang Delta itu tetap ada. Walaupun itu potensinya moderat,” tambahnya.

Dicky mencatat ada beberapa jenis gelombang yang dihadapi oleh sejumlah negara dalam menghadapi Omicron. Pertama, negara dengan gelombang yang tenang tetapi tidak lebih buruk daripada varian Delta. Contohnya adalah Afrika Selatan

“Afrika Selatan gelombang infeksinya tenang, tak lebih buruk dari Delta, tapi tetap ada kematian,” ucap Dicky.

Kedua, yakni kelompok negara yang menghadapi gelombang infeksi terparah dan hampir sama saat menghadapi varian Delta. Salah satu contohnya adalah Inggris dan Amerika Serikat.

“Di AS hampir sama dengan Delta. Infeksi jutaan, dan kematian 3 ribu terinfeksi. Karena selama kelompok rawan (belum memiliki imunitas atau belum divaksin) masih banyak, maka risiko tetap ada. Kita di Indonesia juga sama seperti AS, masih banyak masyarakat yang belum divaksin lengkap. Makanya jangan terlalu overconfidence, tak boleh abai,” ujarnya.

Ketiga, ada negara yang sebetulnya ketika menghadapi varian Delta mampu untuk menghadang lonjakan kasus. Akan tetapi begitu ketika menghadapi Omicron malah jauh lebih buruk gelombangnya. Contohnya adalah Australia.

“Australia saat menghadapi Delta, paling dalam sebulan bisa lockdown sebentar dan berhasil. Tapi ketika Omicron terjadi, kematian tiap hari rata-rata 10 jiwa. Dan pertama kali kematian terjadi pada anak terjadi. Cakupan vaksinasinya padahal sudah hampir 100 persen. Kasus baru sehari bisa 10 ribu orang rata-rata,” paparnya.

Lalu bagaimana dengan di Indonesia?

Menurutnya, situasi saat ini menjadi pesan bahwa kasus yang terlapor 16 ribu sehari di Indonesia hanyalah puncak gunung es yang terlihat. Ia yakin jika kapasitas testing Indonesia melebihi atau optimal, maka kasus di masyarakat jauh lebih tinggi atau lebih banyak.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan