LANGKAT – Penemuan kerangkeng manusia berbentuk penjara yang membikin heboh publik masih juga disorot. Kasus kerangkeng manusia yang berada di halaman rumah Bupati nonaktif Langkat, Terbit Rencana Perangin Angin ini diharapkan bisa diusut tuntas.
Pihak kepolisian pun didesak supaya bersikap netral dan tidak terpengaruh kepentingan lain. Pasalnya, sosok Bupati nonaktif Langkat tersebut merupakan seseorang yang memiliki power.
Hal demikian disampaikan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). “Polisi tidak boleh terpengaruh. Polisi harus tetap bersandar pada rumusan undang–undang untuk menemukan ada tidaknya pidana dari temuan atas penahanan ilegal itu,” kata Wakil Ketua LPSK Edwin Partogi Pasaribu, dalam keterangannya, Minggu (30/1).
Edwin menyampaikan hal itu didasari temuan LPSK di mana para mantan tahanan dan keluarga mengaku tidak mengalami hal yang merugikan dalam kaitannya dengan temuan kerangkeng manusia di kediaman Terbit Rencana. Edwin sendiri memahami sikap dari para korban tersebut.
Dia mengatakan, Terbit Rencana adalah ketua ormas, pengusaha, dan juga merupakan pejabat daerah di Langkat. Oleh karena itu, sudah bisa dipastikan bahwa Terbit Rencana adalah orang kuat di daerah Langkat, sehingga hal tersebut membuat para korban mengaku tidak mengalami kerugian.
Tetapi dari hasil penelusuran, lanjut Edwin, LPSK menemukan informasi dugaan telah adanya korban tewas dengan tanda-tanda luka di tubuhnya akibat ditahan di kerangkeng. Hal ini diharapkan menjadi bukti awal untuk mengusut adanya dugaan perbudakan modern tersebut.
“Informasi ini tentu masih perlu ditindak lanjuti pembuktiannya dengan proses hukum,” tegas Edwin.
Terpisah, Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam, mengatakan berdasarkan hasil dari investigasi sementara yang dilakukan pihaknya, terdapat korban yang meninggal dunia lebih dari satu orang terkait kerangkeng tersebut.
“Iya lebih dari satu yang meninggal dunia,” ujar Anam kepada JawaPos.com, Sabtu (29/1).
Anam menduga, korban yang meninggal dunia akibat mengalami kekerasan fisik saat di kerangkeng tersebut. Sehingga hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak.
“Dugaan kuat karena mengalami kekerasan,” pungkas Anam. (jp/zar)