Dalam pantauan Jabar Ekspres terlihat, proses pengelolaan kotoran sapi menjadi bahan bakar gas milik Juju cukup sederhana.
Kotoran sapi dikumpulkan terlebih dahulu oleh Juju, kemudian setiap pukul 18.00 WIB, kotoran sapi yang sudah dikumpulkan dalam wadah serupa sumur kecil itu dialirkan ke dalam tabung penyimpanan dan bisa langsung menghasilkan bahan bakar gas.
Juju memperlihatkan hasil bahan bakar gas dari kotoran sapi miliknya. Melalui pantauan Jabar Ekspres lagi, terlihat api yang berasal dari kotoran sapi itu berwarna biru dan cukup besar untuk digunakan memasak.
”Kalau buat kebutuhan sehari-hari lumayan bisa dipakai. Pas jadi api juga aromanya bukan kotoran sapi. Tapi gak ada aromanya, biasa aja kayak kita pakai gas tabung 3 Kg,” imbuh Juju.
Lebih lanjut, Juju menuturkan, untuk saat ini alat pengelola kotoran sapi menjadi bahan bakar gas miliknya itu ingin diperbesar lagi.
”Maunya buat penampungan juga minimal bisa menampung kotoran 9 kubik. Jadi bisa dipakai juga buat tetangga-tetangga, lumayan biar bermanfaat,” ujarnya.
”Mudah-mudahan bisa dikembangkan supaya bisa juga digunakan untuk penerangan. Selain itu, pengen diperbaiki juga untuk wadah pengumpul kotorannya, supaya tertutup lebih rapih, jadi warga juga gak terlalu jijik,” tutup Juju.
Ditempat yang sama, Kepala Desa Haurngombong, Dadang mengatakan, kotoran sapi yang dikelola menjadi bahan bakar gas sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Akan tetapi, karena keterbatasan alat, sehingga tak sampai setengah warga Desa Haurngombong bisa menikmati manfaat biogas atau bahan bakar gas yang dikelola dari kotoran sapi tersebut.
”Saya inginnya bisa dimanfaatkan oleh semua warga masyarakat. Selain bermanfaat juga itu bahan bakar gas bisa memotong pengeluaran warga, minimal gak usah beli tabung gas buat kebutuhan masak,” kata Dadang kepada Jabar Ekspres.
Menurut Dadang, untuk saat ini hanya ada dua alat yang masih berfungsi dalam mengelola kotoran sapi menjadi bahan bakar gas.
”Ada dua tapi yang aktif sampai sekarang itu satu, punya pak Juju di RW04. Dia juga punya ternak sapi sendiri, jadi terus digunakan alatnya,” cetus Dadang.