Adapun salah satu yang bisa dipertimbangkan adalah memberikan konsekuensi hukum dan finansial yang keras dan tegas kepada pengambil keputusan pada institusi yang bertanggung jawab mengelola data publik. Sehingga mau tidak mau mereka memberikan perhatian khusus dalam melindungi data yang dikelolanya.
Praktisi keamanan siber dari Vaksincom ini juga mencoba menganalisa data yang mulai dibagikan oleh Conti Ransomware. Mengejutkan, Alfons bilang bahwa ada cukup banyak informasi yang mengkhawatirkan dan jika jatuh ke tangan yang salah akan mudah dieksploitasi.
Memang, sebagai pengeloa kebijakan moneter negara dan informasi yang dikelolanya bersifat strategis, kebocoran data yang dialami Bank Indonesia mungkin tidak mengakibatkan kerugian finansial secara langsung kepada rekening bank masyarakat. Namun, hal ini akan berdampak sangat besar bagi dunia finansial Indonesia, khususnya perbankan.
Pasalnya pihak lain yang berkepentingan bisa mendapatkan informasi yang seharusnya rahasia. Misalnya, bagaimana peredaran uang kertas di setiap kota di Indonesia. Data yang diperoleh juga dapat digunakan untuk memetakan kekuatan perbankan di setiap daerah secara cukup akurat.
Alfons juga menemukan data foto KTP, NPWP dan nomor rekening seorang narasumber pada salah satu komputer yang di retas. Hal ini akan menjadi sasaran empuk eksploitasi data kependudukan.
Narasumber ini tidak tahu apa-apa dan tidak berperan dalam kebocoran data ini, tetapi ia menjadi korban dari kebocoran data ini dan harus menanggung resikonya. “Pada cabang lain ditemukan file peta pemasangan titik CCTV secara detail di setiap lantai pada gedung cabang Bank Indonesia sehingga dapat diketahui area mana saja yang diawasi CCTV dan area mana yang tidak tercover CCTV. Jadi, kalau dikatakan bahwa informasi ini tidak bersifat kritikal, mungkin hal ini perlu dikaji ulang,” tandas Alfons.
Terkait temuan pakar ini, Jawa Pos telah mengonfirmasi dugaan perluasan kebocoran data kepada pihak Bank Indonesia pada Rabu (26/1) sore. Namun, sampai berita ini dibuat, pihak Bank Indonesia belum memberikan tanggapan. (jawapos-red)