JAKARTA – Rachel Vennya muncul lagi ke publik setelah kasus hukum kekarantinaan yang menjeratnya. Kini ia mengungkapkan penyesalan terdalam setelah harus kabur dari karantina, karena merasa sanksi sosial yang cukup berat.
Rachel juga berharap jika bisa mengulang waktu, dirinya akan mengikuti karantina.
“Kalau dibilang nyesal, nyesal banget. Kalau misalnya bisa diulang waktu gua pengen ngulang waktu. Gua bilang sama diri gua sendiri, ‘lu karantina aja gob***, ini enggak worth it sama sekali dengan yang lu jalani kedepannya’,” curhatnya di kanal YouTube miliknya, Minggu, (23/1).
Rachel Vennya menceritakan bagaimana dirinya sampai takut ketemu orang banyak, begitu kasusnya jadi sorotan.
“Saat itu terjadi, saat semua orang tahu kesalahan gua jadi berita nasional. Itu gue benar-benar ada di titik enggak tahu harus ngapain, enggak tahu harus melangkah. Takut menghadapi, takut ketemu orang. Gue mikir apa yang harus gue lakuin. Semua orang sudah tahu gue salah,” tuturnya.
Dia mengingat momen meminta maaf ke publik tak lama setelah kasusnya ditangani polisi. Namun, pada akhirnya, jiwanya juga tak tenang dengan gejolak di luaran perihal kasusnya.
“Di saat pertama kali publik tahu, gua cuma bisa ya di kamar. Diam merenungi kesalahan-kesalahan gua, nangis, takut ke luar rumah, sambungnya.
Dengan semangat dari orang-orang terdekatnya, Rachel mengatakan berusaha tenang saat pertama kali memenuhi panggilan Polda Metro Jaya. Namun, semua di luar ekspektasinya.
“Akhirnya gua jalani, gue datang ke panggilan pertama di Polda di situ gua memang agak kaget, bahkan gue enggak bisa jalan saking mereka mereka dempet banget. Di situ gua lumayan langsung panik, nangis,” sebutnya.
Apalagi, Rachel Vennyamerasakan tiap kali selesai dari Polda dan menerobos kerumunan menuju mobilnya, ada saja kekerasan fisik yang diterimanya.
“Habis itu gua bilang sama diri gue sendiri, bisa-bisa, mungkin ini oknum mungkin cuma orang iseng. Tiap masuk ke Polda cubit, toyor dari belakang, kasih kata-kata kasar,” ujarnya.
Rachel mengakui biasanya langsung bereaksi ketika dirinya diperlakukan begitu. Namun, saat itu psikisnya sudah terlalu lemah untuk bereaksi.