JAKARTA – Kematian dua pasien Omicron di Indonesia menjadi bukti bahwa varian Omicron tidak ringan. Ahli dunia menyebutkan gejala Omicron memang lebih ringan daripada Delta, namun bukan ringan sama sekali.
“Wafatnya dua warga menunjukkan bahwa tidak semua infeksi varian Omicron adalah ringan. Sehingga, semua orang harus ekstra waspada tetapi tentu tanpa perlu panik,” ujar Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI serta Guru Besar FKUI dan Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama.
Dia mengatakan protokol kesehatan harus jauh lebih ketat dilaksanakan, berubah dari new normal menjadi now normal. Kemudian WFH lebih diperluas, termasuk evaluasi kebijakan PTM 100 persen.
Prof Tjandra meminta agar penerapan aplikasi Peduli Lindungi jauh lebih ketat lagi. Sehingga dapat mendeteksi positif Covid-19 sesudah beberapa hari. Dia juga mendorong peningkatan tes untuk mendeteksi pasien tanpa gejala atau OTG Omicron.
“Lalu juga mendorong upaya super maksimal meningkatkan vaksinasi dan booster, apalagi di daerah yang tinggi penularan Omicron-nya dan juga pada lansia dan komorbid,” katanya kepada wartawan, Minggu (23/1).
Dia mengakui saat ini tempat tidur rumah sakit masih relatif kosong. Sehingga kasus Omicron ringan tapi dengan komorbid dan lansia sebaiknya dirawat dulu.
“Kecuali kalau nanti RS memang akan jadi penuh. Dan penanganan mereka yang datang dari luar negeri harus lebih ketat lagi,” tegasnya.
Dia mendorong kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan jelas harus ditingkatkan. Lalu sebaiknya ada upaya maksimal untuk mengobati pasien Omicron, menangani pasien gawat dan memperkecil kemungkinan kematian.
“Juga, akan baik kalau evaluasi kebijakan dilakukan berdasar perubahan data yang ada, artinya tidak hanya harus seminggu sekali atau sesuai jangka waktu tertentu, tetapi dapat juga sesuai dinamika perubahan data yang terjadi,” pungkas Prof Tjandra. (jawapos/ran)