JAKARTA – Limbah plastik menjadi masalah bagi negara-negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Padahal limbah tersebut di laut ternyata bisa meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
Sebuah kerja sama dalam Prevented Ocean Plastic Southeast Asia di Asia Tenggara mengembangkan sebuah model terukur dan berkelanjutan yang dapat menjadi standar terbaik untuk industri daur ulang limbah plastik.
Circulate Capital, perusahaan manajemen investasi berbasis di Singapura yang mendanai inovasi, perusahaan, dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memerangi liimbah plastik di laut dan perubahan iklim dengan memajukan ekonomi sirkular netral karbon.
Circulate Capital Ocean Fund (CCOF) telah berinvestasi di perusahaan Prevented Ocean Plastic Southeast Asia. Perusahaan yang bergerak dalam pengumpulan dan daur ulang limbah plastik ini tengah memelopori model mata rantai pengelolaan limbah plastik yang inovatif.
Dalam kampanye ini, sejumlah pihak berkomitmen untuk memperluas infrastruktur daur ulang di Indonesia secara strategis, terutama di wilayah yang kurang atau tidak memiliki infrastruktur pengelolaan limbah plastik. Perluasan infrastruktur tersebut diharapkan dapat mencegah kebocoran limbah plastik ke laut dan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
Kegiatan pengumpulan dan daur ulang plastik juga dilakukan di beberapa wilayah pesisir luar Jawa, terutama di wilayah Kalimantan dan Sulawesi. Sebagai bagian dari rencana ini, 12 pusat pengumpulan limbah plastik dan tiga pusat agregasi dengan skala yang lebih besar akan dibangun.
Adanya infrastruktur tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi di seluruh mata rantai, mulai dari para pengumpul limbah plastik di Indonesia hingga ke konsumen akhir.
Dalam periode 10 tahun, diperkirakan dapat mencegah kebocoran 400 ribu ton limbah plastik ke laut, menghindari 800 ribu ton emisi GHG, sekaligus menciptakan 1.000 lapangan kerja dan membuka peluang pendapatan baru bagi ribuan pengumpul limbah plastik.
“Realita bahwa harus mengumpulkan sampah plastik dari 17 ribu pulau mempersulit betapa rumitnya krisis polusi plastik di Indonesia. Hal ini disebabkan karena banyak tantangan logistik dan kompleksitas dalam rantai nilai daur ulang limbah plastik,” ujar Founder dan CEO Circulate Capital Rob Kaplan, secara daring baru-baru ini.