SUMEDANG – Hujan sampai saat ini masih kerap mengguyur beberapa daerah di Jawa Barat termasuk wilayah Kabupaten Sumedang. Karenanya, potensi-potensi terjadi bencana cukup menghantui masyarakat. Terkait hal tersebut, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan atau akrab dikenal dengan Basarnas menyiapkan berbagai antisipasi sebagai kesiapsiagaan.
Kepala Kantor SAR Bandung, Deden Rindwansah melalui Kepala Seksi Operasi dan Siaga Kantor SAR Bandung, Supriono mengatakan, kesiapsiagaan Basarnas terus dilakukan setiap hari.
“Fungsi Basarnas tetap kesiapsiagaan, pembiaan, kewspadaan dan pelaksanaan operasi SAR (Search And Rescue) ke setiap anggota juga para potensi,” kata Supriono kepada Jabar Ekspres di Kantor SAR Bandung, Selasa (18/1).
Potensi SAR yang dimaksud Supriono merupakan para relawan yang sudah dilatih dan diberikan pendidikan langsung oleh Basarnas serta memiliki sertifikat.
Dijelaskannya, kemampuan potensi SAR tak jauh berbeda dengan anggota Basarnas dalam pencarian korban bencana.
“Kemampuannya bisa dibilang sama, soalnya pelatihan dan pendidikan yang diberikan sama dengan apa yang dipelajari Basarnas,” ujar Supriono.
Potensi SAR pun wajib membantu Basarnas dalam pelaksanaan operasi pencarian korban bencana sesuai dengan permintaan Basarnas.
“Untuk tercapainya fungsi dan tugas tersebut, kami sudah menempatkan personil dan peralatan di daerah atau kabupaten dan kota,” katanya.
Supriono menerangkan, penempatan alat serta personil itu disiapkan untuk daerah yang dinilai memiliki tingkat bencana dan kecelakaan yang tinggi.
“Ada di Tasik, nanti meng cover ke daerah Santolo, otomatis ke Ciamis terus Kota dan Kabupaten Tasik itu sendiri,” imbuh Supriono.
Menurutnya, penempatan serta disiapkannya personil dan alat di Pos SAR itu bertujuan mempercepat proses asesment hingga evakuasi awal bagi korban apabila terjadi bencana.
“Kita Pos SAR ada dua, Pos SAR Tasik dan Pos SAR Cirebon. Khusus Cirebon itu meng cover Majakuning wilauahnya,” ucap Supriono.
“Di Cirebon pun standby Rescue Both 206 dan Sirider (kapal cepat) 9 meter dan 12 meter,” tambahnya.
Dua alat yang disebutkan Supriono tersebut, sebagai antisipasi penyelamatan dalam kecelakaan pelayaran.
Supriono menuturkan, koordinasi dengan setiap Pos SAR di berbagai daerah dilakukan setiap enam jam sekali. Mulai dari informasi cuaca, kondisi lapangan, jumlah anggota dan potensi SAR yang siap, termasuk alatnya.