“Masalah utamanya adalah ketidaksepakatan atas undangan yang dikirim ke Wunna oleh Kamboja,” kata sumber itu, yang berbicara dengan mitra regional.
“Indonesia dan Malaysia tidak senang dengan hasil kunjungan Hun Sen, terutama keterkaitan Konsensus Lima Poin ASEAN tentang Myanmar dengan peta jalan lima poin versi junta.”
Peta jalan, yang telah digembar-gemborkan para jenderal Myanmar sejak kudeta, sangat berbeda dari konsensus ASEAN.
Menlu Filipina Teodoro Locsin menekankan bahwa konsensus ASEAN “tidak boleh terikat pada peta jalan apa pun”. Dia juga memuji Hun Sen yang membuat kemajuan selama kunjungannya ke Myanmar.
Sementara itu dalam beberapa hari terakhir, Menlu Malaysia Saifuddin Abdullah dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong menentang gagasan untuk mengundang kembali junta. Mereka menganggap tidak ada kemajuan dalam implementasi Konsensus Lima Poin yang disepakati ASEAN untuk menyelesaikan krisis Myanmar.
Lee mengatakan kepada Perdana Menteri Kamboja Hun Sen bahwa setiap perubahan dalam kebijakan ASEAN tentang Myanmar “harus didasarkan pada fakta baru”.
Sedangkan Saifuddin mengakui bahwa menjelang penundaan pertemuan ada perbedaan pendapat di ASEAN tentang kunjungan Hun Sen ke Myanmar.
Ia mengatakan bahwa Hun Sen “mungkin bisa berkonsultasi dengan para pemimpin ASEAN lainnya dan meminta pandangan kami”. (jpnn-red)