JAKARTA – Dokter Patalogi Klinik dari Siloam Hostpitals Semarang dr Nalurita Ng Sp PK meminta masyarakat mewaspadai gejala Omicron yang terjadi pada anak.
“Masyarakat perlu memperhatikan MIS-C atau Multisystem Inflammatory Syndrome in Children, yaitu kumpulan sindrom akibat COVID-19 pada anak-anak. Angka kejadian memang sedikit, tetapi berisiko fatal sampai kematian,” ujar Nalurita dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin.
Dia menambahkan COVID-19 telah mengalami mutasi ke beberapa varian, mulai dari varian Alpha, Beta, Delta, dan yang terkini adalah varian Omicron. Pemeriksaan yang paling ideal untuk mendeteksi infeksi virus corona sampai saat ini dapat dilakukan dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction) atau tes usap PCR. Metode tes usap digunakan untuk mengambil sampel dari hidung dan tenggorokan.
Hasil penelitian menunjukkan varian Omicron lebih dominan di daerah tenggorokan tidak seperti varian Delta yang lebih dominan di parenkim paru.
“Dari hal ini bisa diindikasikan betapa varian ini akan keluar menyebar apabila si ‘carrier’, hanya dengan batuk saja. Masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa varian ini tidak berbahaya,” ucapnya.
Karakteristik virus varian baru Omicron yang cepat menular termasuk kemampuan virus guna menyebabkan suatu penyakit. “Varian Omicron menjadi varian of concern (VOC), karena sifatnya yang sangat menular dan ada kemungkinan penurunan efektivitas alat diagnostik dan vaksin yang ada sekarang,” katanya.
Dia menjelaskan varian menular dengan cepat dan dapat menginfeksi kembali penyintas atau yang sudah mendapatkan dosis vaksin. Meskipun hingga saat ini, risiko rawat inap, gejala berat, bahkan kematian akibat varian Omicron itu tergolong rendah.
“Hendaknya kita tetap waspada, karena semakin banyak yang kena, semakin tinggi risiko kelompok rentan (lansia, anak-anak dan komorbid) untuk terinfeksi, meningkatkan angka keterisian rumah sakit dan rumah sakit bisa penuh, lama-lama yang butuh penanganan bisa tidak tertangani,” paparnya.
Ia mengingatkan masyarakat untuk terus menjalankan protokol kesehatan dan juga melakukan vaksinasi dan menerapkan hidup sehat dengan konsumsi makanan bergizi dan rutin berolah raga. Terutama pada usia anak yang cukup rentan terinfeksi varian Omicron dengan aktivitas mereka yang cukup aktif. (antara-red)