JAKARTA – Pada masa pandemi, anak-anak lebih banyak berdiam diri di rumah, belajar secara daring, dan disibukkan oleh ponsel pintarnya. Sehinggga tidak heran anak-anak bisa mengalami gangguan mata lelah.
“Meski tidak berbahaya, tetapi jika dibiarkan, gangguan mata lelah bisa menimbulkan gangguan kesehatan di masa pandemi,” kata Dr. dr. Ariesanti Tri Handayani, Sp M(K), spesialis mata dari Siloam Hospitals Bali.
Selain anak-anak yang rentan menderita gangguan mata lelah akibat gawai, pada orang dewasa kejadian ini biasanya dipicu penggunaan layar komputer yang terus menerus tanpa istirahat dan juga pekerjaan yang menuntut aktivitas mata.
“Dampaknya pada mata terbagi dua yakni mata lelah atau mata kering yang disebabkan Computer Vision Syndrome (CVS), dan Akomodasi, yang diakibatkan adanya penambahan ukuran refraksi (miopia) yang progresif,”ujarnya.
Computer Vision Syndrome (CVS) merupakan masalah pada organ mata dan penglihatan yang bersifat kompleks terkait dengan fungsi mata dalam aktivitas dekat yang berhubungan dengan komputer.
Menurutnya faktor risiko dari CVS karena adanya gangguan refraksi (minus, plus, silinder) yang tidak dikoreksi.
“Termasuk adanya penyakit pada tubuh seperti diabetes melitus, alergi, autoimun, dan lainnya juga penggunaan obat-obatan yang memicu penyakit mata kering misalnya obat anti glukoma, obat hipertensi, dan anti depresi,” tuturnya.
Dia menjelaskan pada studi penelitian di China, salah satu efek dari pandemi Covid-19 telah meningkatkan kasus miopia atau gangguan mata minus.
Bahkan, pada 2020, anak-anak usia 6 – 8 tahun tiga kali lipat lebih rawan terkena miopia dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 berlangsung.
“Mata minus atau miopia terjadi karena cahaya yang masuk ke dalam mata jatuh di depan retina mata. Hal ini dipicu oleh panjang bola mata yang bertambah atau kemampuan mata dalam memfokuskan cahaya sehingga objek yang jauh terlihat buram,” jelasnya.
Hal yang harus dilakukan untuk menghindari progresivitas miopia adalah dengan mengurangi aktivitas di dekat ponsel dan laptop sesering mungkin. Juga memperbanyak aktivitas di luar rumah.
“Termasuk periksa mata anak sebelum usia sekolah bila orang tua memakai kacamata. Serta kontrol kacamata rutin setiap 6 bulan sekali atau maksimal 1 tahun sekali,” pungkasnya. (jpnn/ran)