Slab Track Mulai Dipasang, KCJB Semakin Berproses

“Di sepanjang trase KCJB, ada 15,390 bantalan rel berjenis ballastless track. Bantalan rel jenis ini dipilih karena memiliki kekuatan dan stabilitas yang tinggi. Jadi KCJB dapat melintas di kecepatan tinggi dengan sangat aman dan nyaman,” jelas Dwiyana.

Seluruh bantalan rel yang diproduksi dengan teknologi canggih ini merupakan hasil dari transfer knowledge dan teknologi yang terjadi dari adanya kerjasama antar bangsa dalam proyek KCJB.

Pembuatan Slab Track ini awalnya dikerjakan oleh main contractor Sinohydro, namun sekarang PT Wijaya Karya (WIKA) melalui WIKA Beton telah mengambil alih sepenuhnya pembuatan slab track yang pengerjaannya dilakukan di Slab Track Prefabrication Workshop di Dawuan, Purwakarta.

“Slab track KCJB saat ini diproduksi oleh kontraktor dalam negeri, PT WIKA setelah sebelumnya pembuatan slab track dilakukan oleh Sinohydro. Ini merupakan hasil yang didapat dari adanya kerjasama antar bangsa selama pengerjaan proyek KCJB. Ada banyak transfer teknologi dan knowledge di dalamnya yang berdampak besar pada kemajuan konstruksi di Indonesia,” ujar Dwiyana.

Di saat bersamaan, KCIC juga sedang menyiapkan rel yang akan dipasang di atas slab track tersebut. Rel yang dipakai untuk KCJB merupakan batang rel berstandar UIC 60 atau R60 yang setiap batangnya memiliki panjang 50 meter.

Saat ini, seluruh batang rel sedang dalam proses welding di Depo Tegalluar, Cileunyi, Jawa Barat, untuk disambung menjadi sepanjang 500 meter per batangnya.  Tujuannya adalah untuk meminimalisir sambungan sehingga KCJB dapat melintas dengan lebih aman dan nyaman.

“Kami juga sudah mendatangkan 11 ribu batang rel berstandar UIC 600 yang panjangnya 50 meter. Saat ini seluruh batang rel sedang dalam proses welding di Depo Tegalluar agar menjadi 500 meter. Dengan rel seperti ini, lintasan KCJB akan minim sambungan sehingga menghasilkan lintasan yang nyaman dan aman untuk dilalui KCJB. Seluruh batang rel tersebut akan dipasang dalam waktu dekat seiring dengan selesainya pengerjaan konstruksi,” ungkap Dwiyana.

Di sisi lain, saat ini  KCIC sedang menyiapkan Electric Multiple Unit (EMU) berteknologi canggih yang sentuhan akhirnya terinspirasi dari hewan endemik dari Indonesia, yaitu Komodo. EMU bertipe CR400AF ini ditopang dengan teknologi yang mampu memonitor ancaman bencana, mampu meredam getaran dan kebisingan, dan sudah menggunakan teknologi CTCS 3/GSM-R yang sudah terbukti mampu menunjang keselamatan oleh industri kereta api cepat dunia.

Tinggalkan Balasan