BANDUNG – Jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru), harga telur di Kota Bandung mengalami kenaikan. Bahkan pantauan di lapangan harga telur di Pasar Kosambi bisa mencapai Rp31 ribu per kilogramnya.
Salah satu pedagang telur di Pasar Kosambi, Eeng, 29 ,mengatakan bahwa penyebab kenaikan harga karena adanya stok barang yang telat datang ke sejumlah pasar.
“Sekarang harga telur Rp31 ribu melonjak tinggi. Kalau informasi mah barangnya aga telat dan kurang dari perternaknya,” ujar Eeng kepada Jabar Ekspres saat ditemui di jongkonya, Selasa (23/12).
Selain itu, pihaknya juga mengaku kenaikan tersebut diakibatkan karena telur didistribusikan pemerintah untuk Bantuan sosial (Bansos).
“Sekarang PKH (Program Keluarga Harapan) turun, Bansos turun. Selama dua tahun semenjak ada Bansos, khususnya telur harganya terus melonjak naik,” ucapnya.
Eeng menjelaskan dengan adanya kenaikan harga telur tersebut membuat daya beli semakin menurun.
“Meski pun sekarang mau Natal dan Tahun baru, tetap saja tidak ngaruh kenaikan tetap 10 persen. Mau lebaran naik bisa 30-50 persen peningkatan penjualnya.
“Semenjak pandemi penjualanya kurang, mau Natal atau Tahun Baru, lebaran juga tetap kurang,” tambahnya.
Dengan demikian, pihaknya menginginkan bahwa harga telur di Kota Bandung bisa stabil dengan harga Rp22 ribu atau Rp23 ribu.
“Ya kasihan yah, buat pembeli telur kan kebanyakan pembelinya menengah kebawah yang jualan masakan, ibu rumah tangga,” bebernya.
“Kalau penjual istilahnya ada penurunan penjualan kalau mahal, dari beli 2 kilo jadi 1 kilo. yang biasanya 1 kilo jadi 1/2 kilo,” lanjut Eeng.
Eeng mengungkapkan bahwa kenaikan telur sudah terjadi dua pekan ke belakang. Kata dia, harga telur naiknya selalu berkisar Rp1000 sampai Rp2000.
“Kemarin aja harga Rp 28 ribu, hari ini sudah naik lagi Rp 31-32 ribu. Sudah 2 Minggu naik terus,” katanya.
Melihat hal tersebut pihaknya juga berharap ke depannya Bansos dan PKH bukan menggunakan bentuk barang. Menurutnya lebih baik bansos diberikan melalui bantuan uang.
“Agar yang dapat bansos bisa belanja ke pasar, jadi tidak hanya menguntungkan para peternak, kalau pedagang kalau mahal, penjualannya semakin menurun,” pungkasnya.* (mg2/wan)