“Di dalam transformasi ekonomi ini, saya melihat bahwa seperti sebuah komputer yang ditata ulang. Ini kesempatan kita menata kembali atas kekeliruan-kekeliruan di masa lalu. Ini kesempatan yang baik,” ucapnya.
“Kita sama-sama merumuskan. Pertama, perubahan tata niaga. Kedua, membuat model bisnis yang jauh lebih efisien dan memiliki keadilan. Terus kita juga memberikan perhatian kepada ekonomi pedesaan,” imbuhnya.
Ipong menjelaskan kenapa ekonomi pedesaan harus menjadi atensi semua pihak.
“Kalau kita bicara pertanian, peternakan, pariwisata, itu di desa. Selama ini masyarakat desa kita eksploitasi. Semua uang-uang desa ditarik oleh bank-bank besar, untuk membangun infrastruktur, tapi tidak kembali ke desa,” tuturnya.
Oleh karena itu, kata Ipong, basis ekonomi ketahanan pangan harus berada di desa. Ia pun berharap semua pelaku usaha, masyarakat, dan pemerintah, dapat merumuskan perdagangan antarwilayah.
“Majalengka butuh apa, Garut butuh apa, Tasik punya apa, dan lain sebagainya. Dan saya berharap apa yang kita bahas ini bisa menjadi satu model yang akan diduplikasi,” katanya.***