KPED Jabar Kembangkan Strategi Rantai Pasok di Jabar

BANDUNG – Pengembangan strategi rantai pasok pangan harus terus dikembangkan dengan menentukan jaringan pangan yang optimal. Hal itu bertujuan untuk menjaga ketahanan pangan di tengah pandemi COVID-19 maupun ketidakpastian global.

Untuk mempertajam strategi tersebut, Divisi Pertanian dan Ketahanan Pangan KPED Jabar menggelar seminar bertajuk “Strategi Rantai Pasok Pangan di Jawa Barat” secara hybrid, Selasa (14/12/2021).

Seminar tersebut menghadirkan Tomy Perdana dan Nur Budi Mulyono sebagai narasumber. Mereka memaparkan pendekatan model rantai pasok pangan dalam perspektif yang berbeda. Tomy mengenai Rantai Pasok Pangan di Masa Pandemi COVID-19, sedangan Nur Budi soal Model Pengembangan Peternakan Ayam di Jabar.

Nur Budi menuturkan, ada tiga prinsip dalam mendirikan Supply Chain Center (SCC) untuk perunggasan. Prinsip pertama adalah berbasis ekosistem. “Kita akan berusaha mendesain ini dengan melibatkan banyak pihak rantai pasok unggas. Prinsipnya leave no one behind,” ucap Nur Budi.

Kedua, start small. Menurut Nur Budi, prinsip tersebut menekankan agar implementasi SCC dilakukan bertahap dengan mengedepankan kelayakan pengembangan, mulai dari hulu sampai hilir.

“SCC akan menambahkan channel agar aksesibilitas pasar lebih luas. Jadi, ada penambahan channel,” ucapnya.

Prinsip terakhir yakni insentif berbasis value. Hal itu bertujuan agar setiap stakeholder bergerak dan berkontribusi dalam sistem yang diimplementasikan. Dengan begitu, insentif yang dikembangkan didasarkan pada nilai sosial dan nilai pasar.

Sementara itu, Ketua Harian KPED Jabar Ipong Witono mengatakan bahwa SCC yang merupakan salah satu dari transformasi ekonomi di tengah pandemi akan dikatakan sukses jika memenuhi tiga hal. Pertama, transformasi ekonomi harus memiliki daya ungkit. Kedua, bersifat lintas sektor.

“Terus bersifat lintas sektor. UMKM, transportasi, logistik, pertanian, ketahanan pangan, sektor keuangan, dan lain-lainnya,” ucap Ipong.

Ketiga adalah gagasan transformasi ekonomi harus bisa diduplikasi. “Setelah peternakan, kita bisa bawa ke perikanan dan marketable. Mampu menarik rekan-rekan sektor keuangan dan memiliki daya dorong, dan yang terakhir adalah keberlanjutan,” kata Ipong.

Selain itu, Ipong menekankan bahwa pandemi COVID-19 membawa satu hikmah untuk kembali menata ulang perekonomian sekaligus mengoreksi kekeliruan-kekeliruan pada masa lampaun.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan