JAKARTA – Asisten Gubernur Bank Indonesia (BI), Juda Agung menyatakan, bahwa sudah 60 persen bank sentral di seluruh dunia telah mempertimbangkan untuk menerapkan mata uang digital di negaranya.
“Bahkan 14 persen di antara negara-negara tersebut bahkan sudah mulai melakukan uji coba kebijakan mata uang digital,” kata Juda, dikutip Rabu (1/12).
Juda berharap, keberadaan mata uang digital tetap dapat menjaga kedaulatan negara, khususnya dalam bidang mata uang dan sistem pembayaran.
“Rupiah digital nantinya akan diawasi oleh bank sentral agar memberikan efektivitas moneter dan stabilitas sistem keuangan,” ujarnya.
Juda menjelaskan, terkait penerapannya, rupiah digital akan disalurkan melalui 2 skema yakni skema langsung dan melalui perantara. Skema langsung dimaksudkan agar masyarakat dapat memiliki rupiah digital langsung dari bank sentral. Sementara skema perantara akan disalurkan melalui perbankan konvensional.
“Menurut kami yang kedua lebih tepat, ini seperti peredaran uang kertas dan logam saat ini, jadi bank sentral mengedarkan melalui perbankan, kemudian masyarakat mendapat uang dari perbankan tersebut,” terangnya.
Juda menambahkan, bahwa peredaran rupiah digital juga akan dibatasi yakni 20 persen dari jumlah uang yang beredar. Sebab, Ia menilai risiko yang ditimbulkan rupiah digital dapat dikendalikan selama implementasinya dilakukan secara bertahap.
“Sejauh ini peredaran mata uang digital baru sebesar 20 persen dari jumlah uang yang beredar,” pungkasnya. (Fin-red)