Untuk sektor otomotif, diperkirakan sampai akhir tahun 2021 terdapat 850.000 penjualan. Ini jauh lebih baik dibanding tahun 2020 yang sebesar 600.000 penjualan.
Meski masih di bawah angka normal, Pemerintah berharap pada tahun depan 2022 dapat mencapai 1 juta penjualan.
Terkait dengan fasilitas, tentu Pemerintah akan melihat sampai bulan Desember untuk evaluasi tahun depan.
Ada banyak hal yang akan dipelajari Pemerintah, termasuk juga dengan hal penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional.
‘’Enam bulan ke depan juga adalah periode yg menentukan karena efek pandemi masih ada,” kata Menko Airlangga.
Dari segi perbankan, untuk restrukturisasi maupun penanganan keperluan perbankan telah diperpanjang sampai bulan Maret 2023.
Adanya kebijakan Amerika Serikat yang menaikkan suku bunganya, Pemerintah juga bersiap dan mengantisipasi hal tersebut.
‘Pemerintah juga memutuskan melanjutkan Program Pemulihan Ekonomi Nasional untuk menjaga daya beli.
“Ini yang akan didorong. Dari hasil monitoring, sampai bulan Desember, 95%-100% anggaran PEN dapat direalisasikan,” ungkap Menko Airlangga.
Cadangan devisa yang baik, Neraca Perdagangan Indonesia yang juga positif, dan IHSG serta kurs rupiah yang cenderung stabil, membuat Indonesia semakin optimis mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional secara year on year.
Menko Airlangga menegaskan bahwa faktor perekonomian tetap tumbuh adalah stabilitas ekonomi terjaga, harga komoditas ekspor baik, dan daya beli yang tetap terjaga pada masa pemulihan ekonomi.
Selama pandemi masih ada, kita harus dinamis karena kita menangani pandemi ini secara dinamis. Selain sektor ekonomi, vaksinasi juga terus didorong dan ditargetkan mencapai 40% untuk dosis ke dua. Kita berharap di akhir tahun ini target tersebut bisa tercapai.
‘’Dengan demikian kita juga berharap dapat menjalankan ”gas dan rem” secara lebih seimbang lagi,” pungkas Menko Airlangga. (ltg/fsr)