Serupa Kasus di KJA, KBB Masuk Zona Bahaya Kematian Massal Ikan

NGAMPRAH – Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan), Kabupaten Bandung Barat (KBB) menyebutkan saat ini sudah masuk zona bahaya kasus kematian ikan massal seperti yang terjadi di Waduk Saguling dan Cirata.

Sebelumnya, sebanyak 8-10 ton ikan di Keramba Jaring Apung (KJA) perairan Waduk Saguling dan Cirata, tepatnya Blok Ugrem, Blok Tangan-tangan, dan Blok Balong yang masuk ke wilayah administratif Desa Bongas dan Desa Batulayang mati massal mendadak akibat cuaca ekstrem.

Kepala Dispernakan, KBB, Unang Husni Thamrin mengatakan, kasus kematian ikan massal itu dikhawatirkan akan terjadi lagi karena berdasarkan kalender prediksi yang dikeluarkan Dirjen Kementerian Perikanan, bahwa saat ini sudah masuk zona bahaya.

“Terkait kematian ikan ada tiga zona, satu zona aman, bahaya, dan waspada. Memang dari bulan November sampai Maret itu masuk zona bahaya. Jadi, dikhawatirkan terjadi kematian ikan lagi karena itu sesuai prediksi kalender kematian ikan,” ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (29/10).

Menurutnya, saat ini sudah masuk zona bahaya kematian ikan itu karena masih terjadi cuaca ekstrem yang bisa menyebabkan adanya umbalan air atau upwelling yang bisa menyebabkan ikan mati massal secara mendadak.

“Sekarang kan hujan terus-terusan, nah itu biasanya terjadi umbalan, kalau sudah begitu banyak racun yang dihasilkan dari pakan sehingga bisa mengakibatkan kematian ikan,” katanya.

Ia mengatakan, untuk antisipasi kematian ikan massal kembali terjadi, para petambak ikan di Waduk Saguling dan Cirata harus tetap mengurangi tebar ikan, memanen ikan secepatnya, dan memperhatikan perubahan kondisi perairan.

“Terkait hal itu sudah kami sampaikan ke petugas di lapangan termasuk para petambak ikan supaya melakukan antisipasi,” ucapnya.

Selain itu itu pihaknya juga sudah melakukan sosialisasi kepada paguyuban peternak ikan agar mereka bisa mengantisipasi kematian ikan massal lagi saat masuk zona bahaya tersebut.

“Kalau untuk ikan yang sudah mati beberapa hari lalu, kami susah sarankan agar dikubur karena tidak terlalu banyak, paling hanya 8 sampai 10 ton,” ujarnya. (mg6)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan