“Virus ini menguji endurance (ketahanan) kita semua untuk tetap disiplin Prokes, serta bersama-sama mendorong upaya 3T,” ujar Agus.
Tidak dapat dipungkiri, masyarakat memang harus selalu diingatkan bahwa meski telah melandai, tapi pandemi belum selesai.
Sementara Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas COVID-19, Alexander Ginting menekankan, pembukaan kembali aktivitas masyarakat, bukan berarti ada pelonggaran pada Prokes.
Ia juga menegaskan, cakupan vaksinasi harus terus dikejar sebelum libur akhir tahun, agar jangan sampai ada kelompok rentan yang tertinggal upaya vaksinasi.
Selain itu, penertiban mobilitas baik dalam negeri maupun yang dari luar negeri, penguatan peran pemerintah daerah hingga desa dan kelurahan, serta penggunaan aplikasi digital untuk filtrasi; harus dilakukan secara terintegrasi guna mempertahankan pencapaian yang telah didapatkan.
“Ini jadi tugas bersama. Masyarakat bukan semata-mata sebagai obyek melainkan subyek yang harus berjuang bersama. Jadi ini adalah perjuangan semesta melawan bencana biologis berupa virus,” papar Alexander.
Menurutnya, sebagai upaya mengendalikan pandemi menjadi endemi, terdapat 2 gerakan yang dapat dilakukan. Gerakan defensif berupa ikhtiar menurunkan laju penularan, serta gerakan ofensif yakni meningkatkan kapasitas respon melalui penguatan 3T.
Untuk itu, gerakan maskerisasi agar masyarakat terus memakai masker dengan benar, harus tetap digaungkan dan tidak boleh berhenti.
Campaign Director Gerakan Pakai Masker, Fardila Rachmilliza juga menegaskan hal yang sama.
“Masyarakat harus terus diingatkan untuk memakai masker meskipun sudah divaksin, apalagi yang belum. Kita ingatkan fakta, bahwa disiplin memakai masker menurunkan risiko penularan hingga 80 persen dan vaksinasi lengkap bisa menurunkan risiko kematian 73 persen,” jelas Dilla.
Menurutnya, memakai masker sama seperti memakai baju sehingga harus selalu dikenakan saat bertemu orang lain.
“Penurunan level PPKM yang membuka pelonggaran ini harus diiringi Prokes ketat, kalau perlu, lakukan tes swab antigen sebelum berkumpul,” tambah Dilla.
Founder & CEO Young on Top (YOT), Director Kejora-SBI Orbit Indonesia, Billy Boen, mengungkapkan bahwa jangan sampai masyarakat berpikir pandemi telah usai kemudian mengendorkan perlindungan kesehatan. Kewaspadaan tetap tidak boleh ditanggalkan.
Ia berharap, semua orang terutama anak muda yang menjadi mayoritas penduduk Indonesia, tetap peduli dan mendukung program-program pemerintah dalam penanganan pandemi, karena ancaman munculnya gelombang ketiga masih ada di sekitar kita.