JAKARTA – Untuk kali pertama sejak 2016, tim Indonesia lolos ke final Piala Thomas. Indonesia menghancurkan tuan rumah Denmark dengan skor 3-1 dalam semifinal di Ceres Arena, Aarhus.
Lolosnya Indonesia ke final ditentukan oleh kemenangan ganda putra kedua Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Fajar/Rian mengalahkan Mathias Christiansen/Frederik Sogaard dalam dua game langsung 21-14, 21-14.
Ini adalah final ke-20 Indonesia sejak kali pertama berpartisipasi di Piala Thomas pada tahun 1958. Sudah sejak 2002 atau 19 tahun yang lalu, Indonesia tak pernah lagi mengangkat trofi Piala Thomas.
Melawan Denmark, Indonesia tertinggal lebih dulu dengan skor 0-1. Itu setelah Anthony Sinisuka Ginting dihantam Viktor Axelsen dalam straight game 9-21 dan 15-21.
Indonesia menyamakan kedudukan lewat ganda putra nomor satu dunia Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo. Marcus/Kevin membungkam Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen dalam rubber game 21-13, 10-21, dan 21-15.
Nah, kejutan besar terjadi pada pertandingan ketiga. Yakni saat Jonatan Christie yang tidak diunggulkan, mampu membalikkan prediksi dengan mengandaskan pemain nomor tiga dunia Anders Antonsen.
Bertarung selama 100 menit, Jonatan menang dalam rubber game yang sangat melelahkan dengan skor 25-23, 15-21, dan 21-16.
“Saya senang bisa menyumbangkan angka. Saya happy dengan penampilan hari ini. Kita tahu Antonsen adalah pemain bagus dan penampilannya menanjak setelah Olimpiade Tokyo lalu,” ucap Jonatan dalam siaran pers PP PBSI.
“Hanya saja, saya lihat dia juga tegang. Pukulan-pukulan yang menjadi andalannya malah tidak keluar karena saya jagain terus. Saya bisa mengontrol pertandingan,” tambahnya.
Jonatan menambahkan, sebelum turnamen dimulai, Denmark diunggulkan untuk menjadi juara. Sebab, mereka memiliki pemain-pemain tunggal yang tangguh. Meskipun begitu, kata Jonatan, Indonesia juga mempunyai ganda-ganda yang kuat.
“Sehingga kalau bisa mengalahkan salah satu pemain tunggal mereka, kita punya kans menang,” kata Jonatan.
“Prinsip saya dalam bertanding tadi adalah saya pokoknya nggak mau kalah saja. Antonsen pernah mengalahkan saya di Jakarta yang merupakan kota kelahiran saya. Sekarang gantian saya bisa nengalahkan Antonsen di tempat kelahirannya (Aarhus, Red),” tegas Jonatan.