SOREANG – Akibat curah hujan yang intens dan berdurasi lama, dapat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir dan tanah longsor. Namun faktor lain dapat berkontribusi sebagai pemicu bencana tersebut, seperti gangguan kestabilan lereng atau lahan tanpa adaptasi kondisi geologi lokal.
Menyikapi berbagai faktor serta informasi prakiraan musim hujan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung melakukan koordinasi tingkat Jawa Barat terkait mengantisipasi bencana hidrometeorologi.
Pelaksana Tugas (Plt) BPBD Kabupaten Bandung, Akhmad Djohara mengatakan, guna mengantisipasi bencana hidrometeorologi, BPBD telah melaksanakan rapat koordinasi tingkat Jabar di Bekasi pada pekan lalu.
“Menurut informasi ada dari BMKG, fenomena La Nina tidak terjadi pada tahun lalu, justru mereka berpendapat La Nina akan terjadi di akhir tahun 2021 awal tahun 2022, artinya kalau fenomena La Lina terjadi akan terjadi peningkatan curah hujan kungkin dua kali lipat dari kemarin,” ungkap Akhmad saat di wawancara, Senin (4/10).
Akhmad juga mengatakan, beberapa paramater di antaranya adalah peningkatan curah hujan, penurunan curah hujan, suhu ekstrem, cuaca esktrem seperti hujan lebat yang disertai angin kencang serta kilat atau petir, dan lain sebagainya.
“Secara umum, bencana hidrometeorologi tidak hanya terjadi saat musim hujan saja, melainkan juga bisa terjadi di musim kemarau,” kata Akhmad.
Dikatakan Akhmad, antisipasi bencana tersebut, yang di waspadai adalah kejadian seperti banjir, banjir bandang, longsor, angin puting beliung, jadi mau tidak mau dari BPBD sudah mensiagakan dan menginventarisir semua peralatan yang dibutuhkan,” ucap Akhmad.
Selain itu, lanjut Akhmad, BPBD juga menyimpan SDM yang nantinya diperlukan untuk kegiatan evakuasi dan sebagainya, kemudian peralatan berupa perahu sarana mobilitas maupun gedung tempat pengungsian pun telah disiapkan.
“Sehingga apabila terjadi genangan air, saat ini tidak terlalu khawatir, pasalnya sudah ada terowongan curug Jompong. Pasalnya, Curug Jompong sudah bisa diandalkan untuk mengurangi potensi banjir di Kabupaten Bandung,” jelasnya.
Lebih lanjut lagi, Akhmad memaparkan, saat ini yang diwaspadai adalah pergerakan tanah, diantaranya di wilayah Kutawaringin, Rancabali, Cilengkrang, Cimaung dan Pangalengan pun mesti di waspadai. Karena, dengan timbulnya retakan ini nanti akan mempercepat arus air masuk ke dalam tanah yang berpotensi longsor.