JAKARTA – Pasien Covid-19 yang dirawat di unit perawatan intensif atau ICU membutuhkan berbagai perawatan medis yang kompleks. Mereka umumnya dibantu ventilator dan peralatan medis lainnya karena sudah dalam kondisi berat. Jika berhasil sembuh pun, pasien Covid-19 bisa merasakan efek sisa yaitu delirium persisten.
Delirium adalah istilah medis yang menggambarkan kondisi kebingungan dan penurunan kesadaran akan lingkungan. Ternyata, kasus Covid-19 yang parah bisa memicu hal itu.
Faktanya, penyelidikan awal menunjukan delirium terjadi pada hingga 80 persen pasien Covid-19 yang dirawat di ICU. Hal itu terjadi mungkin akibat hilangnya oksigen ke otak atau peradangan yang meluas.
Dilansir dari Science Alert, Kamis (23/9), analisis di sebuah RS di Michigan telah menemukan lebih banyak bukti bahwa delirium adalah gejala penyakit yang sangat umum. Kondisi ini memperlambat pemulihan pasien jika tidak ditangani.
Catatan medis dari 148 pasien yang diperiksa ke ICU antara Maret-Mei 2020, para peneliti telah menemukan lebih dari 70 persen mengalami gangguan berkepanjangan dalam kemampuan mental mereka. Dalam kebanyakan kasus, delirium berlangsung selama berhari-hari.
Tetapi hampir sepertiga peserta meninggalkan rumah sakit tanpa menunjukkan bahwa mereka telah pulih sepenuhnya dari delirium mereka.
Dari mereka yang dipulangkan dengan tanda-tanda gangguan kognitif, hampir setengahnya membutuhkan perawatan untuk bertahan di rumah. Kebingungan mereka bisa terus-menerus dan memengaruhi kualitas hidup.
“Hasil ini sejalan dengan data sebelumnya yang menunjukkan tingginya insiden delirium pada pasien kritis dengan Covid-19,” para penulis menyimpulkan.
“Selain itu, durasi rata-rata delirium (10 hari) relatif lama dibandingkan dengan populasi sakit kritis lainnya,” jelas penelitian tersebut.
Belum jelas apakah gangguan parah ini adalah akibat dari virus SARS-CoV-2 itu sendiri, gejala neurologis yang tidak biasa yang dapat bertahan selama enam bulan atau lebih. Atau apakah itu merupakan tanda penyakit kritis secara lebih luas.
Umumnya, gangguan kognitif terlihat pada sekitar 20 persen pasien di fasilitas perawatan akut. Ini menjadi beban neuropsikologis yang cukup besar baik selama mereka tinggal di rumah sakit dan setelah dipulangkan.
“Secara keseluruhan, penelitian ini menyoroti alasan lain mengapa vaksinasi dan mencegah kondisi jangan sampai sakit parah sangat penting,” kata ahli anestesi Phillip Vlisides dari Michigan Medicine.