JAKARTA – Sebuah studi dari jurnal PLOS ONE menemukan kenyataan tidak mudah bagi seseorang memulihkan diri setelah kekurangan waktu tidur, walau sudah mencoba tidur lebih lama pada hari-hari berikutnya.
Total waktu tidur yang dibutuhkan setiap orang sangat bervariasi, tetapi rata-rata, orang dewasa membutuhkan setidaknya 7 jam setiap hari untuk mempertahankan fungsionalitas tubuhnya.
Para peneliti, seperti dikutip dari Medical News Today, Kamis menemukan, konsekuensi neurobehavioral dari kurang tidur parsial kronis tidak dapat diatasi dengan mudah dan bertahan lebih lama dari yang diperkirakan.
Dengan kata lain, Anda tidak boleh berasumsi akan dengan mudah pulih ke baseline setelah kurang tidur dengan tidur lebih lama pada hari berikutnya.
Dokter yang berfokus pada neurologi klinis di Indiana University School of Medicine, Indianapolis, Dr. Stephanie M. Stahl, mengatakan, studi ini menambah banyak bukti bahwa kurang tidur memiliki efek merugikan pada tubuh seseorang.
Sebagian orang meremehkan efek kurang tidur terus menerus pada kesehatan mental dan fisik mereka. Banyak orang percaya dapat mengganti tidur yang hilang dengan tidur lebih lama di akhir pekan, misalnya. Namun, penelitian baru menunjukkan hal ini tak membantu.
“Kurang tidur kronis, masalah yang sangat kurang disadari di masyarakat. Kurang tidur adalah penyebab yang sangat umum dari konsentrasi yang buruk, kurangnya perhatian, dan kantuk di siang hari, meningkatkan risiko kecelakaan, termasuk kecelakaan kendaraan bermotor,” tutur Stahl.
Masalah yang terkait dengan kurang tidur tidak berakhir di situ. Kurang tidur dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, kanker, infeksi, dan demensia.
Sebuah penelitian yang diterbitkan awal tahun ini di jurnal Nature Communications, menunjukkan, tidur 6 jam atau kurang secara teratur pada usia 50 dan 60 tahun meningkatkan risiko demensia sebesar 30 persen.
(Antaranews)