6 Kecamatan di KBB Belum Terlayani Armada Angkutan Sampah

NGAMPRAH – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung Barat mengungkapkan dari total 16 kecamatan di KBB yang baru terlayani pelayanan sampah baru 10 kecamatan. Sisanya masih dikelola masyarakat secara konvensional terutama di pelosok kampung.

Kepala UPT Kebersihan pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Kabupaten Bandung Barat (KBB), Nurjaman mengatakan selain karena keterbatasan kendaraan operasional, masih banyak masyarakat yang membuang dan mengolah sampahnya sendiri karena memiliki lahan pekarangan luas.

“Baru 10 kecamatan yang terlayani itupun tidak semua. Sedangkan yang belum seperti Kecamatan Cililin (baru pasarnya saja), Sindangkerta, Rongga, Cipongkor, Cipuendeuy, dan Cikalongwetan,” kata Nurjaman, Minggu (12/9).

Menurutnya, belum terlayaninya pengangkutan sampah itu juga lantaran dari masyarakat di enam kecamatan tersebut belum ada permintaan untuk pengangkutan sampah.

“Jika menghitung efektivitas jarak, waktu, dan biaya akan tidak sebanding menarik sampah dari wilayah selatan KBB untuk dibuang ke TPA Sarimukti di Kecamatan Cipatat,” terangnya.

Mengacu ke Perbup Nomor 22 Tahun 2016 tentang Perubahan Tarif Retribusi Pelayanan Persampahan untuk sektor industri, hotel, restoran dan tempat wisata, dikenakan tarif sesuai meter kubik sampah yang dihasilkan.

Seperti hotel berbintang mulai dari Rp 40.000 per meter kubik, restoran Rp 50.000 per meter kubik. Untuk rumah tangga, terendah Rp 6.000 per KK tiap bulan dan tertinggi Rp 10.000 per KK tiap bulan.

“Jika mengacu SNI dari 1,7 juta jiwa penduduk KBB bisa menghasilkan sampah 650 ton/hari, namun saat ini yang terlayani baru 150 ton/hari. Kondisi itu pada akhirnya berpengaruh kepada PAD yang dihasilkan,” sebutnya.

Selain kendala itu, pihaknya juga memiliki persoalan minimnya armada truk pengangkut yang masih kekurangan. Saat ini hanya ada 39 truk sampah dan lima truk warisan dari Kabupaten Bandung saat KBB dimekarkan tahun 2007 yang kondisinya sudah tidak layak.

Hanya saja karena keterbatasan armada yang tersedia, akhirnya truk-truk yang sudah tak layak jalan itu masih dipaksakan untuk beroperasi menarik sampah.

“Truk ini kan giliran, makanya kadang ada daerah yang pengangkutannya telat beberapa hari karena truknya dipakai ngangkut di daerah lain. Belum lagi keterbatasan sopir dan kernet, jadi memang harus diakui pelayanan sampah di KBB belum bisa optimal,” pungkasnya. (mg6)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan