Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial

Oleh : Ateng Kusnandar Adisaputra

Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung sampai sekarang, kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4, level 3, dan level 2, masih diterapkan di Jawa Barat. Pandemi Covid-19 juga telah menimbulkan berbagai kepedihan, kesedihan, dan keharuan. Ribuan karyawan yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaannya, mengakibatkan kehilangan pekerjaannya. Upaya apakah yang harus ditempuh dimasa pandemi Covid-19 ini ?, untuk menjawab dan kehawatiran masyarakat agar bisa tetap eksis dan bertahan menghadapi kehidupan yang penuh persaingan dan tantangan. Salah satu solusinya adalah program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial.

Perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan perpustakaan yang memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan potensinya dengan melihat keragaman budaya, kemauan untuk menerima perubahan, serta menawarkan kesempatan berusaha, melindungi dan memperjuangkan budaya dan hak azasi manusia.

Adapun target dari transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial adalah : pertama ; ketersediaan akses bahan pustaka dan sumber informasi yang bermutu untuk masyarakat, kedua : masyarakat dapat memanfaatkan perpustakaan untuk berbagi pengalaman dan melatih keterampilan agar memperoleh  keahlian dan kesempatan kerja/wirausaha, ketiga ; perpustakaan menjadi ruang sinergitas kegiatan  kemasyarakatan di daerah, keempat ; peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Untuk mendukung program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial, setiap perpustakaan harus mampu menyediakan berbagai macam buku yang sipatnya terapan, sekaligus bisa langsung dipraktekan oleh para pemustaka, misalnya buku-buku yang berkaitan dengan ilmu  pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, perkebunan, dan lainnya yang sifatnya teknis. Selain itu juga sinergitas diantara pemangku kepentingan harus terjalin kolaboratif yang saling mendukung, saling mengisi dalam membimbing dan membina berbagai pelatihan bagi para pemustaka yang memanfaatkan perpustakaan sebagai tempat untuk belajar dan berkreasi dimasa pandemi Covid-19, tentu saja dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI Muhammad Syarif Bando mengatakan program tranformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan program yang revolusioner. Sebuah peran yang kini dimainkan perpustakaan untuk menciptakan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing. Menurutnya peran perpustakaan dalam membentuk manusia yang unggul bersumber pada kedalaman pengetahuan yang dimiliki atau literasi. Literasi yang diperoleh dari keaktifan membaca buku bukan teks namun sudah mampu memahami konteks. Kualitas intelektual yang dapat dengan mudah menemukan ide-ide, gagasan atau kreativitas ataupun inovasi baru yang berujung pada kemampuan menciptakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi khalayak luas. Sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing adalah keberhasilan dari produk literasi, sehingga seseorang bisa menciptakan lapangan kerja sendiri dan meminimalisir pengangguran.

Tinggalkan Balasan