Soal Fenomena Bunuh Diri yang Terjadi Belakangan Ini, Begini Tanggapan Psikolog

BANDUNG – Psikolog dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dr Sri Maslihah menanggapi fenomena kasus bunuh diri yang terjadi di Jawa Barat dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir. Kasus bunuh diri teranyar dilakukan ANH Mahasiswa magister perguruan tinggi ternama di Bandung dan AF di stadion Bima Cirebon.

Menurut Sri, fenomena kasus bunuh diri bukanlah dinilainya sudah terjadi sejak lama. Seseorang memutuskan mengakhiri hidup lantaran adanya satu manifestasi dari adanya gangguan kesehatan mental pada individu.

“Artinya ini satu tindakan yang bersumber dari adanya gangguan, dari sisi kejiwaan. Sisi mental, jadi salah satunya seperti itu. Orang sering menyebutnya depresi,” kata Sri saat dihubungi belum lama ini.

Ketua program studi psikologi UPI itu menjelaskan penyebab seseorang memutuskan melakukan bunuh diri karena dipicu depresi yang berkepanjangan. Tanda-tanda seperti itu, terang Sri Maslihah dari sisi kondisi psikologis bisa menjadi salah satu penyebab.

“Nah, sehingga ada satu pikiran pada orang-orang yang mengalami depresi ini, untuk mengakhiri kehidupan mereka dikarenakan perasaan sedih yang sangat mendalam. Sehingga akhirnya memutuskan bunuh diri,” jelasnya.

“Artinya, kalau kita tarik lagi. Apa yang menyebabkan dia murung. Dia putus asa. Tentu ini engga bisa lepas dari situasi sosial, yang dihadapi oleh individu,” terangnya.

Masalah sosial atau faktor sosial lingkungan, rumah tangga, sekolah, ekonomi hingga faktor sosial pun bisa menjadi salah satu pemicu, dari adanya tindakan bunuh diri.

“Bagi mereka, mungkin. Dengan bunuh diri, seolah ada pikiran, masalahnya akan selesai,” sambungnya.

Selain itu, kecenderungan bertindak impulsif atau mengikuti dorongan sesaat juga dapat memicu seseorang melakukan bunuh diri. Keadaan impulsif tersebut muncul dari pikiran, dorongan hati secara cepat tanpa dipikirkan lebih jauh.

“Jadi ada orang yang sebelumnya sudah berniat keinginan untuk membunuh/bunuh diri. Itu sudah muncul sebelumnya. Kalau orang sudah mencetuskan itu. Pengen mati, itu hati-hati,” katanya.

Dengan kasus-kasus yang ada saat ini, dia mengatakan harus dilihat dari sisi individu atau orang tersebut. Keputusan mengakhiri hidup melihat dari dinamika psikologis dan

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan