CICALENGKA – Ika, 18, gadis yang hilang di Gunung Kareumbi pada Kamis (12/8) lalu itu diketahui memiliki keluarga yang sederhana dan tergolong berkekurangan.
Pasalnya Fatimah, 60, ibu dari Ika yang hidup bersama anak sulungnya Rina Sulastri, 33, dan menantunya Babai Bainudin, 34, hanya tinggal di sebuah rumah berukuran 8×4 meter.
Kediaman mereka yang berada di Dusun Cicadas, RT01 RW03, Desa Tanjungwangi, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung itu selain jauh dari hingar-bingar perkotaan juga seakan tak terjangkau oleh bantuan.
Bagaimana tidak, Fatimah mengaku, sampai saat ini keluarganya belum pernah dapat perhatian dari pihak desa baik program atau pun bantuan.
“Buat makan juga saya mengandalkan anak saya. Kalau lagi gak ada saya puasa dulu,” kata Fatimah di kediamannya, Senin (23/8).
Fatimah juga berujar, karena kediamannya yang sederhana, untuk aktivitas mandi hingga mencuci dirinya menggunakan toilet umum di dekat rumahnya.
“Bantuan juga belum pernah dapet, paling yang kemarin dikasih 10 kilogram beras (program Kemensos),” pungkas Fatimah.
Dia mengira bantuan paket beras sebanyak 10 kilo gram tersebut dari pihak desa, sementara bansos tersebut merupakan pendistribusian dari Kementerian Sosial (Kemensos) dalam menghadapi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level Empat.
“Bantuan yang lain belum pernah terima, selama ini dari desa belum pernah kasih bantuan,” imbuh Fatimah.
Selain hidup di rumah sederhana dengan perekonomian yang sulit, Fatimah perlu semakin tabah dan sabar karena sang buah hatinya, Ika hilang secara misterius.
Mirisnya, pihak Desa Tanjungwangi seakan menutup mata terhadap kondisi keluarga Fatimah yang berkekurangan secara ekonomi. Sejak Ika dikabarkan hilang pun, Fatimah mengungkapkan, belum ada pihak desa yang memberikan perhatian.
Jangankan turut mencari keberadaan Ika, ujar Fatimah, menjenguk warganya yang hilang pun belum dilakukan oleh pihak desa.
“Pa Kades belum pernah datang, kasih bantuan juga belum ada. Harapan saya Ika cepet ketemu aja,” kata Fatimah.
Menurut pengakuan Fatimah, sampai sekarang dia belum memiliki kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan belum terdaftar pada program rutilahu (rumah tidak layak huni) yang biasanya dieksekusi langsung oleh pihak desa atau diajukan ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab).