Acuviarta Kartabi Beberkan Analisis Ekonomi Jabar Triwulan II Tahun 2021

“Pada saat itu sektor jasa perusahaaan itu minus 47 persen. Tapi apa yang terjadi? Sektor jasa perusahaan itu naik meroket 46,71 persen positif,” ungkap dia.

Ia pun mengaku telah mencoba mencari jawaban. Kenapa dalam 3 bulan sektor jasa perhasahaan itu tumbuh luar biasa 46 persen. Padahal, jika melihat catatan BPS ada beberapa hal yang menjadi indikasi.

“Pertama, faktor event-event vaksinasi, terus banyak pertemuan dihotel, pernikahan dan sebagainya. Sebab perusahaan masuk pada jasa perusahaan,” cetusnya.

Menurutnya, faktor meroketnya jasa perusahaan pun ada kaitan dengan mobilitas. Artinya Ketika pandemk mereda dan ppkm tidak diperpanjang maka sektor ini akan tumbuh luar biasa.

Tak hanya itu, ada beberapa sektor yang belum pulih pada triwulan II 2021 ini. Salah satunya, sektor transportasi dan pergudangan.

“Rata-rata pertumbuhannya minus, ini dari triwulan II 2020 sampai ke II 2021 itu masih minus 1,9. Sektor transportasi semua tahu penyebabnya karena memang ada pembatasan mobilitas dan sebagainya,” cetus dia.

Selanjutnya, sektor lumayan luar biasa. Yaitu sektor jasa kesehatan. Sebab, jika dilihat sejak triwulan ke II 2020 sampai triwulan I 2021 sektor tersebut selalu negatif pertumbuhan y-on-y nya.

Padahal, kata dia, saat ini sektor jasa kesehatan sedang bergelut penanganan Covid-19. Seperti kapasitas bor semakin besar, oksigen berkurang, rumah sakit penuh. Namun tidak punya daya ungkit terhadap jasa sektor kesehatan.

“Sektor jasa kesehatan terlihat di triwulan II 2021, makannya berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi 6,17 persen. Sedangkan jasa pendidikan, itu trennya malah menurun,” bebernya.

Tak hanya itu, ia pun mengemukakan data inflasi pada pertumbuhan ekonomi triwulan II 2021 saat melejit 6,13 persen. Pasalnya, jika pertumbuhan tinggi maka inflasi pun tinggi. Seperti mengindikasikan pada permintaan yang meningkat.

“Ternyata di triwulan ke II 2021 di bulan Juli malah kita deflasi. Jadi sektor produksi itu bergerak kalau dari sisi permintaan rumah tangga. Saya rasa tidak ada lonjakan atau mungkin ekspetasi pelaku usaha bahwa merwka yang penting barang laku,” paparnya.

Di bulan Juli Jabar mengalami deflasi 0,23 persen. Kata dia, artinya bahwa harga turun. Sehingga hal tersebut berbeda analisisnya dengan sebelumnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan