Ningsih Jalani Pengobatan Mahal dan Canggih Berbekal JKN-KIS

BANDUNG– Sebagai salah seorang kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di Kelurahan Gegerkalong Kecamatan Sukasari Kota Bandung, Lestari Ningsih (48) turut aktif terlibat dalam berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat. Dengan cakupan wilayah yang luas, mobilitas Ningsih cukup tinggi dalam aktivitas kesehariannya.

“Saya menjadi kader di kelurahan sudah cukup lama, jadi memang sudah terbiasa aktif. Saya masih ingat betul, sekitar 3 tahun yang lalu pernah mengalami kecelakaan tunggal sepeda motor. Saat itu lumayan parah dan langsung dilarikan ke UGD RS Salamun. Disana, saya dirawat selama 3 hari, bahkan menjalani operasi di bagian hidung saya. Beruntung, saya mengantongi JKN-KIS, jadi tidak bingung pas kejadian tersebut,” ujar Ningsih, pada Sabtu (31/07).

Ningsih menceritakan, entah bagaimana mulanya ia mengalami cedera di bagian hidung. Dirinya hanya ingat bahwa saat itu ia memakai kacamata. Tanpa ia sangka, tekanan dari kacamatanya dapat mengakibatkan bagian hidungnya harus dioperasi.

“Tidak bisa kita sangka bahwa kebutuhan jaminan kesehatan itu bisa kapan saja. Kalau tidak sakit, bisa dari kecelakaan kecil seperti itu. Awalnya sempat bingung, apa kecelakaan bisa ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Setelah mengurus laporan dari Kepolisian yang menyatakan bahwa memang kecelakaan tunggal, alhamdulillah semua dijamin,” ucapnya.

Tak hanya itu, Ningsih juga menuturkan bahwa setahun belakangan, dirinya harus menjalani terapi saraf kejepit. Tepatnya sejak bulan Juli 2020 lalu, bagian belakang lehernya terasa sakit dan mengganggu keseharian.

“Sejak Juli 2020 lalu, selama 7 bulan lebih saya menjalani terapi di salah satu rumah sakit. Selama kurun waktu tersebut, tak kurang dari 20 kali terapi yang sudah saya jalani namun kondisi tak jua membaik. Akhirnya saya dirujuk ke rumah sakit tipe A, yang peralatannya lebih lengkap dan canggih. Setelah menjalani beberapa kali pemeriksaan, lalu dilakukan tindakan intervensi. Saya tidak paham karena awam, itu operasi apa. Bagian belakang saya disuntik. Pengerjaan pun dilakukan dengan bantuan lensa dan monitor, sehingga saraf terlihat jelas,” jelas Ningsih, yang juga merupakan istri dari salah satu Kader JKN-KIS Kota Bandung.

Dirinya meyakini bahwa tindakan intervensi yang ia terima memanfaatkan teknologi kesehatan canggih dan pastinya berbiaya mahal. Tentu, jika berobat menggunakan biaya sendiri, ia merasa tidak mampu apalagi di tengah kondisi pandemi. Beruntung, ia dan keluarga tak perlu mengeluarkan biaya apapun. Ningsih mengakui bahwa kehadiran program JKN-KIS sungguh telah membantu masyarakat.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan