JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi memperpanjang PPKM Darurat hingga 25 Juli 2021 dan akan melakukan pelonggaran secara bertahap pada 26 Juli jika kasus harian Covid-19 menurun. Anggota Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati pun memberikan evaluasi PPKM Darurat tahap I.
Diketahui, dalam pernyataannya, Presiden Jokowi bersyukur PPKM Darurat menurunkan angka kasus harian dan tingkat keterisian bed RS. Menanggapi hal ini, Mufida menyebut sebaiknya pemerintah menerapkan standar positivity rate sebagai acuan evaluasi PPKM.
Karena per 19 Juli, positivity rate masih sangat tinggi yakni 26,88 persen. Jauh di atas ambang nilai WHO sebesar 5 persen. Mufida menyebut, kasus harian tiga hari terakhir bisa menurun karena jumlah tes yang dilakukan juga menurun.
“Jadi untuk evaluasi PPKM Darurat jilid II nanti gunakan angka positive rate sebagai acuan. Untuk BOR yang disebut menurun data Kemenkes per 19 Juli, 26 kab/kota masih di atas 91 persen. Bahkan dua kabupaten angka BOR (bed occupancy rate)-nya mencapai 100 persen. Hanya dua kabupaten/kota yang angka BOR di bawah standar WHO 60 persen. Artinya angka BOR kita masih cukup tinggi,” ujar Mufida kepada wartawan, Kamis (22/7).
Adapun, testing Covid-19 di Indonesia berkurang 68 persen dalam tiga hari terakhir. Setidaknya pada 17 Juli jumlah orang yang diperiksa mencapai 188 ribu. Kemudian menurun pada 18 Juli hanya 138 ribu. Lalu pada 19 Juli, hanya 127 ribu orang yang diperiksa.
Selain itu, Mufida menghargai perpanjangan PPKM Darurat hingga 25 Juli dan akan dievaluasi secara bertahap. Ia menyebut pembatasan sosial bagi warga harus segera dibarengi dengan cepat turunnya bantuan sosial bagi warga terdampak.
“Ingat masyarakat sudah menahan diri sejak 3 Juli. Baru ada bantuan sosial turun pekan terakhir PPKM Darurat jilid I. Jadi kalau Presiden menyebut ada Rp 55,21 Triliun untuk bantuan sosial dengan berbagai bentuk, catatan saya hanya satu, segera cairkan untuk rakyat. Jangan berlarut-larut lagi di tataran teknis. Rakyat sudah bersabar,” katanya.
Ia juga meminta selama perpanjangan, perbaikan indikator sistem kesehatan juga dilakukan. Turunkan positive rate, turunkan BOR, realisasi cepat penyediaan 2 juta obat untuk pasien isoman, serta pastikan persediaan oksigen bagi pasien isoman maupun yang dirawat di RS.